Indonesia dikenal dengan beragam suku dan agama, dan Suku Batak merupakan salah satu suku yang terbesar dengan keenam sub-sukunya. Suku Batak memiliki nilai-nilai yang menjadi sebuah pedoman hidup dalam sehari-hari. Falsafah yang mereka junjung tinggi yaitu dengan istilah Dalihan Na Tolu yaitu suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan. Falsafah kebudayaan itu membentuk tiga nilai yang dijadikan tujuan hidup yang harus dicapai oleh Orang Batak. Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (banyak keturunan), Hasangapon (Kehormatan). Perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah dari laki-laki dalam keluarga Batak Toba. Namun pada masa saat ini sudah banyak perempuan yang bisa sejajar dengan laki-laki dengan memiliki pencapaian kesuksesan dalam berkarir, mendapatkan hidup lebih layak dan mencapai nilai-nilai budaya Batak Toba tersebut. Maka peneliti tertarik untuk melihat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Suku Batak Toba berdasarkan hamoraon, hagabeon, dan hasangapon pada anak perempuannya. Peneliti menggunakan metode kualitatif melalui wawancara kepada tiga partisipan yang merupakan keluarga Batak yang memiliki anak perempuan. Keluarga ini memiliki anak perempuan dengan rentang usia 12-25 tahun. Penelitian ini menggali data lebih mendalam mengenai pola asuh orang tua Suku Batak Toba kepada anak perempuannya dengan nilai hamoraon, hagabeon, hasangapon. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing partisipan. Hasil wawancara menunjukkan ketiganya mendidikan anak perempuan mereka untuk mencapai nilai hamoraon, hagabeon,hasangapon. Dua orang tua Suku Batak Toba menerapkan pola asuh authoritative. Kedua orang tua memiliki dimensi responsiveness dan control yang seimbang. Sementara pada salah satu orang tua menerapkan pola asuh permissive dengan hanya menunjukkan dimensi responsiveness. |