Praktek poligami di Indonesia marak dilakukan baik legal maupun ilegal walaupun undang-undang negara telah memperketat prosesnya Poligami diangkat menjadi tema penelitian ini karena selain merupakan bentuk ketidakadilan pada istri, poligami juga memberikan dampak jangka panjang pada anak dikemudian hari. Terutama pada anak perempuan yang melihat sosok ibu sebagai role model. Pada masa yang akan datang maka anak perempuan tersebut akan menjadi seorang istri dan juga seorang ibu. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan enam dimensi psychological well-being perempuan dewasa awal yang ibunya dipoligami. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan metode wawancara untuk menggali data partisipan penelitian . Partisipan tiga orang perempuan dewasa awal yang berusia 23, sd 29 tahun dengan orang tua yang masih menjalankan pernikahan poligami. Teori psychological well-being Ryff dengan menggunakan enam dimensi, yaitu; self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi self acceptance ketiga partisipan belum dapat menerima keadaan dirinya hingga kini, pada positive relation with others ketiga partisipan memiliki hubungan yang baik dengan pertemanan namun, tidak baik dengan lawan jenis, pada autnonomy dua dari tiga partisipan memiliki ketidakmandirian pada masalah finansialnya, pada encironmental mastery ketiga partisipan memiliki lingkungan yang berbeda-beda dalam menentukan pengembangan diri, dalam purpose in life ketiga partisipan sepakat bahwa tujuan hidup mereka adalah untuk membahagiakan ibunya, pada personal growth ketiga partisipan memiliki pandangan pada pengembangan diri yang berbeda-beda. dirinya terkait partisipan yang belum dapat menerima dirinya dari masa lalunya dan menjalankan hidupnya pada masa kini dengan positif. Temuan lain, faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being seperti budaya diakui oleh dua partisipan mempengaruhi pola pikir pada penerimaan poligami, ketiga partisipan merasa mendapatkan dukungan sosial yang membuat diri merasa lebih berharga, ketiga partisipan memiliki cara pandang berbeda untuk mengevaluasi dirinya dan kepribadiannya, serta agama dapat membantu dalam mengatur perasaan ketika ada masalah. |