Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Dalam penyesuaian diri ada pribadi yang mampu melaksanakan dengan baik, ada pula yang mengalami kesulitan. Masalah penyesuaian diri dengan lingkungannya dapat menghambat perkembangan seseorang. Para Siswa SMP Bintang Kejora dituntut menyesuaikan diri dengan nilai-nilai karakter yang berlaku di Sekolah. Sekolah tersebut, menerapkan pembinaan karakter yang meliputi Sembilan Nilai Karakter JMJ (Jesus Maria Joseph) yaitu: ketanggapan, kreatif, tanggung jawab, integritas, adil, hospitalitas, kasih sayang, rasa hormat dan disiplin. Semua siswa diharapkan untuk dapat menerapkan sembilan nilai karakter tersebut. Tetapi tidak semua siswa dapat menerapkan nilai karakter tersebut. Beberapa siswa mengalami penyesuaian diri yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan konseling kelompok pendekatan Person-centered pada empat siswa yang mengalami penyesuaian diri rendah. Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekatkan diri. Penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian diri pribadi dan sosial. Penyesuaian diri pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan penyesuaian diri sosial adalah kemampuan individu untuk mangadakan interaksi secara baik dengan lingkungan sosialnya. Siswa yang mengalami kesulitan penyesuaian diri disebut siswa yang mengalami penyesuaian diri rendah. Untuk membantu siswa tersebut, maka perlu diberikan bantuan melalui konseling kelompok pendekatan Person-centered. Konseling pendekatann Person-centered memberikan penekanan kepada pribadi konseli sendiri untuk menyadari permasalahannya, menemukan penyebab masalah, dan selanjutnya mencari jalan keluar bagi masalahnya. Subjek penelitian adalah empat siswa SMP Bintang Kejora Cengkareng, yang mengalami penyesuaian diri rendah. Keempat subjek penelitian yaitu, CA, NA, NG, dan JM kelas VIII A. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan jenis penelitian pre-experimental designs (desain pra-eksperimen), dengan menggunakan instrumen wawancara dan observasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menguji kebenaran data, reduksi data, dan mengambil kesimpulan serta verifikasi. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah penyesuaian diri rendah dan variabel independen adalah konseling kelompok pendekatan Person-centered. Hasil tindakan konseling kelompok Person-centered ini membantu CA untuk mengubah sifatnya yang tertutup, pemalu, kurang percaya diri, menjadi terbuka, berani dan memiliki kepercayaan diri. Perubahan CA nampak pada kemampuannya untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain dan berani menerima kritik. NA juga terbantu untuk menyadari bahwa ia mempunyai kesulitan belum dapat menerima keberhasilan teman. Perubahan NA nampak pada kemampuannya dalam menerima keberhasilan temanya, misalnya NA memberikan apresiasi kepada temannya yang berprestasi. Subjek NG juga mengalamai perubahan dalam hal kemampuan menerima teguran dari teman dan tidak menaruh dendam kepada temannya. Perubahan NG nampak pada sikapnya yang dapat menerima kritikan, misalnya NG bersikap ramah kepada temannya. Tindakan konseling ini juga membantu JM untuk menyadari kekurangannya dalam keterlibatan. Ia kemudian berubah menjadi pribadi yang aktif dan terlibat dalam kegiatan Osis. Layanan konseling kelompok pendekatan Person-centered dapat membantu empat siswa yang mengalami penyesuaian diri rendah. Keempat siswa tersebut mulai menyadari permasalahannya, menemukan penyebab masalah, dan mencari jalan keluar dari permasalahannya. Peneliti berharap, para pendidik di sekolah mampu melanjutkan proses perkembangan keempat subjek. Para Orangtua diharapkan memberikan pendampingan yang tepat kepada putera-puterinya. Para Guru BK Sekolah agar terus memberikan bimbingan kepada keempat subjek secara berkesinambungan, dan bagi mahasiswa bimbingan konseling agar dapat mengembangkan kemampuan dalam konseling melalui kegiatan-kegiatan pendampingan di luar kampus. |