Stainless steel khususnya tipe 316L, merupakan jenis logam yang lazim digunakan sebagai bahan implan karena memiliki ketahanan korosi yang tinggi yang didukung oleh lapisan pasif, kromium oksida (Cr3O3) yang dimilikinya, mampu melindungi baja dari reaksi dengan lingkungan. Pengaplikasian stainlesss steel sebagai logam implan dalam bentuk penyambung tulang. Namun sebagai logam implan stainless steel kerap kali menimbulkan penolakan pada beberapa orang karena memiliki biokompatibiltas yang rendah. Upaya mengatasi permasalahan tersebut salah satu dengan pelapisan, yang dalam penelitian ini menggunakan metode electrophoretic deposition (EPD), tanpa proses sintering dikarenakan keterbatasan alat. Dalam proses pelapisan digunakan dua bahan pelapis, yakni hidroksiapatit alami dari sisik ikan dan hidroksiapatit komersial. Hasil pelapisan hidroksiaptit dengan EPD dilakukan pengujian korosi dengan metode polarisasi untuk menentukan laju korosi pelapis hidroksiapatit dari kedua jenis bahan hidroksiapatit, yang mampu melindungi stainless steel lebih panjang. Laju korosi pelapis hidroksiapatit dari bahan sisik ikan memilki nilai 0,3255 mpy lebih lama dibandingkan dengan pelapis hidroksiapatit dari komersial yang memiliki nilai 0,2549 mpy, sehingga akan memberikan perlindungan yang lebih lama. Keunggulan lapisan hidroksiapatit alami juga didukung dengan memiliki ketebalan rata-rata mencapai 210,08 µm lebih tebal dibandingkan dengan lapisan hidroksiapatit komersial yang memiliki ketebalan rata-rata mencapai 71,44 µm. Hasil nilai kekerasan pada lapisan hidroksiapatit alami rata-rata sebesar 385,96 HV lebih tinggi dibandingkan hidroksiapatit komersial memiliki nilai rata-rata 351,32 HV. Pelapis hidroksiapatit alami memiliki ikatan kimia yang lebih kuat antar butir dibandingkan dengan hidroksiapatit komersial. Dalam penelitian lebih lanjut perlu diperhatikan proses sintering untuk lebih memperkuat ikatan butir dan pengujian secara in vitro untuk melihat peningkatan biokompatibilitas. |