Latar Belakang. Rendahnya tingkat aktivitas fisik mungkin menjadi penyebab tingginya prevalensi dismenore pada kalangan mahasiswi kedokteran.
Tujuan. Mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan derajat keparahan dismenore pada mahasiswi terduga dismenore primer.
Metode. Pengambilan data secara cross-sectional pada 99 mahasiswi preklinik FKIKUAJ. Kuesioner anamnesis digunakan untuk mendapatkan sampel terduga dismenore primer. Instrumen yang digunakan adalah Verbal Multidimensional Scoring System (VMSS), Visual Numeric Scale (VNS), dan General Practice Physical Activity Questionnaire (GPPAQ). Analisis data menggunakan Spearman’s rank correlation coefficient.
Hasil. Sebanyak 56,6% responden terduga dismenore primer memiliki anggota keluarga yang juga mengalami dismenore. Gejala penyerta yang paling banyak dilaporkan adalah rasa mudah lelah (47,4%). Sebanyak 76,8% responden mengalami nyeri dismenore derajat 1 (mild) menurut VMSS. Derajat nyeri VNS menunjukkan nilai rata-rata 4 dengan nilai modus 3 (25,3%). Jika menggunakan cut-off point NRS, didapatkan mild sebanyak 38,4%, moderate sebanyak 42,4%, dan severe sebanyak 19,2%. Sebanyak 40,4% responden memiliki tingkat aktivitas fisik kategori inactive, diikuti sebanyak 36,4% responden dengan kategori moderately inactive. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan derajat keparahan dismenore pada mahasiswi FKIKUAJ angkatan 2015-2018 terduga dismenore primer (p=0,003 dan p=0,024).
Kesimpulan. Derajat dismenore yang tinggi lebih banyak dijumpai pada mahasiswi terduga dismenore primer dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. |