Latar Belakang Orbita merupakan struktur penting bagi fungsi penglihatan. Struktur orbita dalam penelitian ini yang dimaksud adalah otot ekstraokuler dan saraf optik. CT scan dapat digunakan sebagai modalitas pencitraan praktis bagi otot ekstraokuler dan saraf optik. Dengan adanya data kuantitatif nilai normal diameter otot ekstraokuler dan saraf optik, dapat membantu mendeteksi adanya abnormalitas yang mengacu pada kelainan patologis yang berguna pada proses penentuan diagnosis. Tujuan Mengetahui nilai normal diameter otot ekstraokuler dan saraf optik pada pasien RS Atma Jaya berdasarkan pencitraan CT scan kepala. Metodologi Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik secara cross sectional. Pengukuran diameter otot ekstraokuler dan saraf optik dari 154 pasien (77 laki-laki dan 77 perempuan) berdasarkan potongan aksial dan koronal CT scan kepala serta menganalisis pengaruh jenis kelamin dan usia terhadap nilai tersebut. Hasil Kisaran nilai antropometri normal diameter (rata-rata ± SD ) otot ekstraokuler pada studi ini adalah 3,110 ± 0,5637 mm pada otot rektus medial, 2,884 ± 0,5303 mm pada rektus lateral, 3,567 ± 0,5657 mm pada rektus inferior, dan 3,342 ± 0,5560 mm pada otot grup superior, dan 3,664 ± 0,3619 mm pada saraf optik. Semua parameter pada studi ini menunjukkan ukuran lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan, terutama LR, SUM, ONS kiri, dan MR kiri. Secara statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok usia dengan diameter otot ekstraokuler dan selubung saraf optik, terkecuali IR (p<0,001) dan SMG (p<0,001). Kesimpulan Hasil penelitian dapat membantu dalam menilai pembesaran otot ekstraokuler dan saraf optik berdasarkan populasi di Indonesia. Kata kunci :CT scan, diameter, otot ekstraokuler, pengukuran,saraf optik |