Dalam era globalisasi, peluang bisnis yang semakin terbuka juga mendorong banyaknya investasi yang dilakukan oleh warga negara asing. Hal ini mengakibatkan tumbuh suburnya bisnis berskala internasional yang seringkali mempertemukan budaya-budaya yang berbeda. Pertemuan antar budaya yang berbeda ini dapat terjadi pada bisnis internasional berbentuk joint venture karena perusahaan induk juga membawa karyawan dari negaranya ke negara lain. Salah satu tantangan yang timbul akibat perbedaan ini adalah terjadinya cultural myopia. Cultural myopia adalah kegagalan dalam melihat perspektif budaya lain yang dapat mengakibatkan terbatasnya komunikasi yang efektif. Dalam penelitian ini, perusahaan joint venture di Indonesia yang akan diteliti adalah Restoran Washoku Sato Indonesia yang merupakan hasil kerjasama antara Sato Restaurant Systems Co., Ltd. dan PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk.
Untuk meneliti cultural myopia di Restoran Washoku Sato Indonesia, peneliti menggunakan aspek self awareness, cross cultural knowledge, service delivery, diverse workforce, dan professional education yang diambil dari National Association of Social Workers (2015). Analisis dilakukan dengan membandingkan wawancara dan kuesioner pada kelima aspek tersebut untuk mengetahui sejauh mana cultural myopia dan kompetensi budaya yang dimiliki oleh Karyawan Indonesia dan Karyawan Jepang di Restoran Washoku Sato Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpukan bahwa Restoran Washoku Sato Indonesia memiliki cultural myopia yang rendah dan kompetensi budaya yang tinggi dalam aspek self awareness, cross cultural knowledge, service delivery, diverse workforce, dan professional education. |