Anak sindroma Down membutuhkan perhatian yang lebih karena keterbatasan yang dimiliki, dalam hal kognitif maupun kesehatan. Peran ibu diperlukan untuk mengoptimalkan perkembangan mereka, sehingga mereka tidak selalu mendapat penolakan dari masyarakat. Akan tetapi, untuk memberikan hal tersebut tidak mudah bagi ibu. Hal ini tampak dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi, yang menyebabkan ibu harus ikut bekerja. Apalagi anak sindroma Down perlu perawatan, terapi dan pendidikan khusus yang membutuhkan biaya besar. Dengan demikian, untuk memutuskan berhenti bekerja, ibu akan melalui sebuah proses panjang dengan beragam pertimbangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses pengambilan keputusan yang dilalui oleh seorang ibu yang memiliki anak dengan sindroma Down dengan menggunakan teori pengambilan keputusan Noorderhaven. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Partisipan penelitian ini adalah tiga orang ibu dengan sindroma Down yang telah melalui proses pengambilan keputusan berhenti bekerja, serta menjadi pengasuh utama anak sindroma Down. Ketiga partisipan dipilih dengan teknik convenience sampling. Partisipan memiliki significant others sebagai sarana kredibilitas partisipan, yaitu anggota keluarga terdekat yang mengetahui proses pengambilan keputusan yang dilalui partisipan. Ketiga partisipan telah melalui setiap tahapan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan teori Noorderhaven, walaupun dengan dinamika yang berbeda. Perbedaan tersebut bergantung pada situasi yang dialami partisipan ketika akan mengambil keputusan. Adapun tahap yang mengharuskan partisipan melakukan pertimbangan matang dan menyertakan berbagai pihak, sehingga tahap tersebut berlangsung lebih lama dibanding tahap lainnya. Melalui penelitian ini, para ibu diharapkan semakin sadar bahwa keterlibatan mereka dalam mengasuh sangat dibutuhkan, karena anak dengan sindroma Down pun berpeluang berkembang optimal apabila didukung oleh ibunya. |