Kementrian Perindustrian mencatat, jumlah industri plastik hingga tahun 2017 mencapai 925 perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk plastik. Plastik memiliki hubungan serta peran yang penting untuk semua beberapa jenis industri. Departemen produksi pada PT. Gunaplasindo Prima Abadi memiliki standar untuk setiap jenis tray yang diproduksi. Barang dikatakan reject jika produk yang dihasilkan sobek, penyok, tidak berbentuk, bintik, bertulang, setting dan kotor. Metode Six Sigma sering digunakan oleh perusahaan untuk pengendalian kualitas produk dengan meminimasi jumlah cacat atau reject. Metode Six Sigma dilakukan dengan tahapan DMAIC (Defect, Measure, Analyze, Improve, Control). TR 01 B (Polos), TRL 19 BC dan TR 29 (Polos) merupakan produk yang diteliti pada penelitian ini. Pada perhitungan nilai Cp dan Cpk setelah peta kontrol p diperoleh hasil produk TR 01 B (Polos) dan TRL 19 BC kapabilitas proses masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses itu sedangkan untuk TR 29 (Polos) kapabilitas proses masih baik namun perlu pengendalian ketat.Terdapat empat macam critical to quality yaitu penyok, tidak berbentuk, setting dan sobek. Pada tahapan analyze diperoleh nilai RPN dari diagram fishbone yang dibuat kemudian yang menjadi prioritas perbaikan dengan menggunakan diagram pareto yaitu jenis reject penyok, tidak berbentuk dan sobek. Perhitungan nilai baseline kinerja menjadi perbandingan untuk menentukan hasil mana yang lebih baik dan diperoleh nilai DPMO pada kondisi awal sebelum usulan yaitu untuk TR 01 B (Polos), TRL 19 BC dan TR 29 (Polos) secara berurutan 6642,824 , 10926,63 dan 20756,63 dengan nilai sigma 3,99 , 3,79 dan 3,54. Hasil usulan menggunakan 5W + 2H nilai DPMO 6276,924 , 6276,896 dan 26065,15 dengan nilai sigma 4, 4 dan 3,44. |