Pria Pekerja Seks (PPS) yang melayani pria adalah salah satu kelompok rentan dan berisiko tinggi terinfeksi Infeksi Menular Seksual (IMS). Mereka kelompok yang sangat tertutup sehingga cukup sulit mendapatkan data tentang keberadaan mereka. Oleh karena itu untuk menjangkau kelompok PPS diperlukan strategi untuk dapat menjalankan program intervensi menanggulangi penyebaran IMS di antara mereka dengan pelanggannya begitu juga sebaliknya. Keberhasilan program intervensi penanggulangan IMS tidak tergantung hanya dari mutu pelayanan kesehatannya saja tetapi juga kepada perilaku PPS dalam pencarian pengobatan untuk kesembuhan penyakit IMS-nya. Dimana masih ada PPS ketika terinfeksi IMS tidak segera mengobatinya, mendiamkan saja, dan membeli obat sendiri tanpa resep dokter di apotek dan toko obat untuk kesembuhan penyakit IMS yang mereka alami. Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran perilaku PPS dalam pencarian pengobatan IMS bagi mereka yang mencari pelanggan di panti pijat, sosial media khusus homoseksual, dan di jalan atau di tempat umum. Penelitian inti didesain menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Dimana dalam pengumpulan datanya diperoleh dengan wawancara mendalam terhadap 7 orang informan dan untuk melengkapi data tersebut disertai juga dengan analisis dokumen. Hasilnya bahwa pengetahuan, karakteristik, sikap, persepsi kerentanan dan kegawatan tidak berhubungan dengan pola perilaku informan dalam pencarian pengobatan untuk kesembuhan IMS yang dialaminya. Pada penelitian ini juga terlihat dukungan kelompok sebaya dan LSM cukup efektif dalam mempengaruhi perilaku PPS dalam pencarian kesembuhan pengobatan IMS. PPS meningkatkan pemberian dukungan untuk sesama PPS dengan memberikan informasi yang benar mengenai IMS maupun tempat berobat IMD di layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan dapat lebih mengetahui dan memahami perilaku PPS dalam pencarian pengobatan IMS yang sampai saat ini belum begitu diperhatikan seperti kelompok berisiko tinggi lainnya. |