Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat Indonesia khususnya perusahaan multinasional (MNC) menjadi sorotan target investasi oleh Negara asing. Dengan kata lain, pertemuan budaya antara ekspatriat dengan pekerja lokal akan terjadi semakin intens. Berbagai macam konflik datang kepada pekerja lokal karena pertemuan budaya tersebut. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan untuk mengenali budaya sendiri dan budaya orang lain. Untuk pekerja lokal mengenali budaya sendiri, terdapat tujuh budaya standar Indonesia yaitu religiusitas, guyub, multikulturalitas, kepemimpinan fasilitatif, komunikasi tersirat, nrima, dan generalis dan teknikalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil karyawan Indonesia yang bekerja di perusahaan multinasional di Jakarta berdasarkan tujuh dimensi budaya standar Indonesia serta mengetahui aspekaspek mana saja yang menjadi kekuatan maupun kelemahan karyawan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif melalui pembuatan alat ukur berbentuk kuisioner. Penelitian ini menggunakan teknik sampel convenience sampling serta penyebaran alat ukur dilakukan secara online, dan juga melalui hard copy. Alat ukur kuisioner yang dibuat oleh peneliti terdiri dari 49 pernyataan yang mewakili 7 dimensi budaya standar Indonesia. Jumlah partisipan yang didapatkan sebanyak 107 orang. Partisipan merupakan para karyawan Indonesia yang bekerja di perusahaan multinasional di Jakarta. Hasil validitas dari alat ukur ini memiliki koefisiensi di atas 0.3 dan hasil reliabilitas memiliki koefisiensi 0.786. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ketujuh dimensi budaya standar Indonesia, dimensi komunikasi tersirat merupakan salah satu budaya standar dengan tingkat yang paling tinggi yang dimiliki oleh para partisipan, yaitu karyawan Indonesia yang bekerja di perusahaan multinasional di Jakarta. Selain itu, uji beda yang peneliti lakukan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan pada dimensi guyub yang dimiliki oleh partisipan pria dan wanita. |