Work-life balance merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan citra perusahaan, performa kerja, komitmen karyawan, kepuasan hidup, dan kesehatan; serta mengurangi stres kerja, tingat ketidakhadiran, keterlambatan, dan turnover karyawan. Berdasarkan berbagai laporan, stasiun televisi belum memerhatikan work-life balance karyawannya. Dalam dunia pertelevisian, divisi news dan produksi menjadi bagian yang memiliki mobilitas paling tinggi dibandingkan divisi lainnya. Karyawan dalam kedua divisi tersebut juga memiliki jam kerja yang panjang dan tidak menentu. Fenomena ini sebagian disebabkan oleh stasiun televisi yang memprioritaskan rating tinggi agar menjadi stasiun yang paling diminati pemirsa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner Work-life balance yang telah diadaptasi peneliti dengan jumlah item 17 buah. Alat tes ini mengukur empat dimensi, yaitu Work Interference with Personal Life (WIPL), Personal Life Interference with Work (PLIW), Work Enhancement with Personal Life (WEPL), dan Personal Life Enhancement with Work (PLEW). Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 160 orang yang mewakili sepuluh stasiun televisi di Jakarta melalui metode convenience sampling. Data survey kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik non-parametrik, yaitu Mann-Whitney U-Test dan Kruskal Wallis. Hasil dari pengujian statistik menunjukkan bahwa karyawan pada divisi news dan produksi mayoritas tidak memiliki work-life balance yang ditunjukkan dengan model selain RRTT. Model RRTT ditunjukkan dengan individu memiliki kategori Rendah pada WIPL, Rendah pada PLIW, Tinggi pada WEPL, dan Tinggi pada PLEW. Jika dilihat berdasarkan perhitungan uji beda pada setiap aspek demografis, terdapat perbedaan signifikan pada lama masa bekerja dan durasi kerja di WIP; jenis kelamin dan lama masa bekerja di PLIW; jenis kelamin dan usia responden di WEPL; serta status pernikahan, keberadaan anak, dan lama masa bekerja di PLEW. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyampaikan beberapa saran terkait penelitian work-life balance dan program yang dapat dijadikan acuan bagi perusahaan. Perceraian menjadi salah satu isu yang berkembang di keluarga sehingga anak akan kehilangan salah satu sosok orang tua mereka padahal orang tua memiliki perannya masing-masing dalam perkembangan anak. Salah satu dampak perceraian adalah adalah kondisi ketidakhadiran ayah atau father absence pada anak. Pada hasil penelitian sebelumnya ditemukan bahwa ketidakhadiran ayah lebih berdampak pada pria dibandingkan wanita. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah memberikan dampak terhadap peran gender yang ditampilkan oleh anak laki-lakinya. Hal ini disebabkan karena ketidakhadiran ayah menyebabkan pria kehilangan figur yang dapat dijadikan role model bagi mereka, sehingga mereka kehilangan figur identifikasi untuk mempelajari perannya sebagai seorang |