Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan paling fundamental. Perkembangan anak perlu dikembangkan secara optimal, salah satunya emosi anak. Akan tetapi ditemukan beberapa sekolah yang kurang menyadari pentingnya mengembangkan aspek emosi. Salah satunya adalah Sekolah X. Guru Sekolah X seharusnya memfasilitasi kegiatan seni pertunjukan yang dilakukan anak yang salah satunya akan berpengaruh pada kompetensi emosi anak. Kompetensi emosi terbagi menjadi ekspresi, pengetahuan, dan regulasi emosi. Kompetensi emosi dapat dikembangkan salah satunya dengan kegiatan rutin sekolah yaitu seni pertunjukan yang terdiri dari drumband, menyanyi, menari, dan drama. Seni pertunjukan dalam penelitian ini memiliki empat tahapan, yaitu sebelum mengikuti seni pertunjukan, tahap latihan, tahap persiapan di belakang panggung, dan pertunjukan. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana gambaran kompetensi emosi siswa TK B yang mengikuti empat tahapan kegiatan seni pertunjukan. Penelitian melakukan observasi dan wawancara selama latihan, persiapan di belakang panggung, dan ketika pertunjukan kepada enam anak yang berusia lima sampai enam tahun dan mengikuti persiapan serta kegiatan seni pertunjukan pada akhir tahun sekolah. Sedangkan gambaran kompetensi emosi anak sebelum mengikuti kegiatan seni pertunjukan peneliti dapatkan dengan melakukan wawancara kepada, orang tua, guru seni pertunjukan, dan guru wali. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan kompetensi emosi anak dari sebelum mengikuti kegiatan seni pertunjukan, pada saat latihan, persiapan di belakang panggung, hingga saat pertunjukan berlangsung. Anak secara umum menunjukkan emosi gembira saat kegiatan berlangsung. Anak memiliki kompetensi emosi yang berbeda pada stimulus kegiatan seni pertunjukan. Salah satunya adalah tekanan dari guru saat latihan yang memunculkan ekspresi sedih dan takut. Akan tetapi partisipan meregulasi emosi sehingga tetap bisa mengikuti latihan. Persiapan di belakang panggung dan ketika tampil anak lebih banyak memunculkan ekspresikan emosi senang. Anak juga meregulasi emosi ketika tampil dengan bantuan teman. Antara lain ketika salah pada saat tampil, partisipan bisa membenarkan kesalahan karena adanya bantuan dari teman yang tampil. Setiap seni pertunjukan memberikan stimulus berbeda yang berakibat pada perkembangan kompetensi emosi. Perkembangan kompetensi emosi yang berbeda terjadi salah satunya karena factor guru dan keluarga. Faktor guru dan orang tua disarankan menjadi fokus pada penelitian selanjutnya. |