Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang paling banyak menimbulkan masalah baik medik, psikologik, maupun sosial yang dapat menimbulkan disfungsi sosial, pekerjaan, maupun perawatan diri. Ketidakmampuan pasien skizofrenia dalam menjalankan fungsi sosial dan pekerjaan akan menambah beban ekonomi, karena mereka kurang produktif dan biaya yang harus ditanggung keluarga (dan negara) untuk pengobatannya. Pengobatan psikiatri modern dan sistem pelayanan kesehatan untuk pasien gangguan mental di Indonesia sudah lebih baik, tetapi pasien dan keluarga belum memanfaatkannya dengan optimal. Data Hardiman dkk (1992) menunjukkan adanya jalur yang panjang sebelum pasien mencapai Rumah Sakit Jiwa, namun belum menjawab faktor-faktor yang menyebabkannya. Salan (1983) melaporkan 3.79% pasien psikotik tidak berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa pada saat pertama kali, karena peranan pengobatan tradisional yang masih dominan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola-pola perilaku pencarian jalur pelayanan kesehatan pasien skizofrenia dan keluarganya dan hal-hal yang melatarbelakanginya, sekaligus untuk mengetahui faktor penentu utama yang mempengaruhi pasien skizofrenia dalam pemilihan jalur pelayanan kesehatan pertama kali dan keterlambatan kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Bahan dan metode yang dipakai adalah hasil kuesioner 100 subyek skizofrenia yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jalur pelayanan kesehatan pertama kali dan keterlambatan kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, yang kemudian diuji dengan Fisher's Exact Test, t-test for Equality of Means dan Regresi Logistik. Hasil analisis Regresi Logistik menunjukkan: Faktor umur dan suku bangsa dari individu skizofrenia; sikap terhadap pelayanan kesehatan dari pembuat keputusan utama dan persepsi terhadap jenis awitan skizofrenia mempengaruhi pemlilihan jalur pelayanan kesehatan jiwa pertama kali, sedangkan faktor pekerjaan dari individu skizofrenia; sikap terhadap pelayanan kesehatan dari pembuat keputusan utama; jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa terdekat dan persepsi terhadap jenis awitan skizofrenia mempengaruhi keterlambatan kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Kesimpulan: Individu skizofrenia dengan onset umur yang tinggi saat menderita skizofrenia kemungkinannya akan lebih memilih jalur pelayanan kesehatan jiwa pertama kali sebesar 1.1 kali dibandingkan dengan individu skizofrenia dengan onset umur yang rendah saat menderita skizofrenia. Individu skizofrenia yang bersuku Sunda 0.008 kali, suku Betawi 0.04 kali dan suku lainnya 0.3 kali kemungkinannya lebih memilih jalur pelayanan kesehatan jiwa pertama kali dibandingkan dengan individu skizofrenia yang bersuku Jawa. Pembuat keputusan utama dengan sikap terhadap pelayanan kesehatan yang baik 461.2 kali kemungkinannya lebih memilih jalur pelayanan kesehatan jiwa pertama kali dibandingkan dengan pembuat keputusan utama dengan sikap terhadap pelayanan kesehatan yang buruk. Jenis awitan skizofrenia dengan onset akut lebih banyak memilih jalur pelayanan kesehatan jiwa pertama kali sebesar 78.3 kali kemungkinannya dan sub akut sebesar 37.6 kali kemungkinannya dibandingkan jenis awitan dengan onset berangsur-angsur. Individu skizofrenia yang bekerja 53.3 kali kemungkinannya lebih tidak terlambat kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dibandingkan dengan individu skizofrenia yang tidak bekerja. Pembuat keputusan utama dengan sikap terhadap pelayanan kesehatan jiwa sebesar 13.7 kali kemungkinannya dibandingkan dengan pembuat keputusan utama dengan sikap terhadap pelayanan kesehatan yang buruk. Fasilitas kesehatan jiwa dengan jarak dekat lebih banyak tidak terlambat kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa sebesar 16.3 kali kemungkinannya dibandingkan dengan fasilitas kesehatan jiwa dengan jarak jauh. Jenis awitan skizofrenia dengan onset akut lebih banyak tidak terlambat kontak ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa sebesar 5.8 kali kemungkinannya dan sub akut sebesar 49.3 kali kemungkinannya dibandingkan dengan jenis awitan skizofrenia dengan onset berangsur-angsur. |