Dalam berinvestasi di dunia pasar modal, terdapat kecenderungan bagi para investor untuk bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi yang baru, dimana informasi tersebut belum tentu terjamin keakuratannya. Para investor beranggapan bahwa semakin cepat mereka merespon suatu informasi, maka semakin kecil risiko yang akan mereka terima. Tanpa disadari, hal tersebut dapat menyebabkan market overreaction yang mengakibatkan terjadinya price reversal. Price reversal itu sendiri terjadi ketika saham yang semula memiliki kinerja buruk (loser) dapat mengungguli saham yang memiliki kinerja baik (winner) pada periode berikutnya. Hal tersebut juga tidak terlepas dari pengaruh behavioral financial dimana “ketidakrasionalan” manusia turut memberi andil terhadap price reversal ini. Untuk mengetahui apakah price reversal ini terjadi di pasar modal Indonesia, peneliti menganalisis saham-saham yang terdaftar dalam Kompas100 periode 2014-2015. Maka data yang digunakan merupakan data harga penutupan saham mingguan. Metode statistik yang digunakan adalah uji independent sample t-test. Dari hasil penelitian, price reversal tidak terbukti signifikan secara statistik. Namun price reversal itu sendiri dapat terlihat dalam grafik pada periode pengujian. Price reversal ini juga terjadi secara separatis dan tidak berkelanjutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa overreaction hypothesis tidak terjadi di pasar modal Indonesia. |