TUBERKULOSIS PERINATAL  

Oleh:

SUNDARI, TA ; PURNITI, S ; KARDANA, IM ; SUBANADA, IB

Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional
Dalam koleksi: MEDICINA (Jurnal Ilmiah Kedokteran) vol. 39 no. 02 (May 2008), page 93-98.
Topik: tuberkulosis; perinatal; diagnosis

Ketersediaan

Perpustakaan FK Nomor Panggil: M38.K.01 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada

Lihat Detail Induk

Isi artikel

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang. Insiden penyakit TB pada bayi yang baru lahir sulit ditetapkan karena sulitnya menegakkan diagnosis dan terbatasnya laporan tentang penyakit ini. Di seluruh dunia sejak tahun 1935 tercatat kurang dari 300 kasus. Karena kesulitan diagnosis dan penyakit yang biasanya berat, angka kematian menjadi cukup tinggi. Infeksi TB perinatal dapat terjadi secara kongenital (dalam rahim) atau neonatal (pada saat persalinan atau segera setelah lahir). Diagnosis TB kongenital dibuat berdasarkan kriteria Beitzke atau Cantwell, sedangkan diagnosis TB neonatal dibuat berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin, dan pemeriksaan radiologis. Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada TB kongenital adalah distres pernafasan, hepatosplenomegali, dan demam. TB pada saat proses persalinan atau segera setelah lahir memiliki gejala yang sama dengan TB pada anak-anak. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan uji tuberkulin, foto toraks, USG abdomen, pemeriksaan mikroskopis cairan tubuh atau jaringan dan kuItur untuk menemukan M. tuberkulosis. Obat yang direkomendasikan oleh WHO dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) adalah rifampisin, isoniasid, pirasinamid, dan etambutol. ASI dari ibu yang menderita TB tidak berpotensi menimbuIkan infeksi pada bayi. Pemberian vaksinasi BCG dapat dilakukan apabila bayi belum terinfeksi M. tuberkulosis yaitu pada saat bayi berumur 3 bulan dan bila uji tuberkulin negatif.

Opini Anda

Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali