Dewasa ini terdapat banyak perubahan yang terjadi pada kemasan rokok. Setelah Indonesia mengasesi perjanjian internasional tentang efek merusak konsumsi tembakau atau yang sering disebut dengan Framework Covention on Tobacco Control (FCTC), akibat buruk dampak dari merokok terhadap kesehatan harus ditampilkan pada kemasan rokok. Jika kita lihat pada beberapa peraturan dan kebijakan terbaru yang berkaitan dengan rokok yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, ternyata peraturan tersebut sudah mengadopsi FCTC meskipun belum semuanya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dampak FCTC terhadap industri rokok di Indonesia maupun konsumen rokok. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan kegiatan wawancara dengan GAPRINDO, sedangkan penelitian kuantitatif dengan menggunakan angket yang diberikan kepada konsumen untuk meneliti dampak yang dirasakan konsumen rokok. Hasil penelitian menunjukkan prediksi dampak penerapan FCTC terhadap industri rokok di Indonesia, yaitu: (1) Pemerintah Indonesia telah mengasesi FCTC dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012, (2) FCTC juga berdampak pada semakin ketatnya regulasi yang mengatur tentang iklan rokok, (3) FCTC menyebabkan penjualan rokok tidak mengalami peningkatan setiap tahun seperti pada tahun sebelum adanya asesi terhadap FCTC, (4) FCTC memiliki dampak pada munculnya donatur yang menyumbangkan dana yang cukup besar untuk kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan mengurangi konsumsi merokok, dan (5) Konsumen rokok di Indonesia merasakan dampak FCTC yaitu dampak pada iklan rokok yang menampilkan gambar medis dampak buruk merokok terhadap kesehatan baik pada kemasan rokok maupun pada iklan di media, FCTC membuat konsumen rokok juga lebih mengerti mengenai dampak kesehatan dari merokok. Selain itu, harga rokok per bungkus juga mengalami peningkatan disebabkan semakin tingginya pajak cukai dan pajak lainnya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan rokok. Selain itu, ditemukan bahwa intensitas merokok konsumen tidak berubah signifikan meskipun konsumen sudah mulai merasakan beberapa dampak seperti iklan, kesehatan, dan harga. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan perusahaan rokok meskipun dalam situasi yang relatif semakin sulit mampu tetap bertahan untuk mendapatkan konsumen. Setiap perusahaan rokok harus lebih meningkatkan progesifitasnya agar produknya tetap banyak diminati oleh konsumen baik di luar dan di dalam negeri. Progesifitas berkaitan dengan iklan, produksi dan CSR perusahaan. Tidak hanya itu saja, diharapkan perusahaan juga lebih memperhatikan dampak yang terkena konsumen baik dampak iklan, kesehatan, maupun harga. |