| Di pasar modal terdapat kecenderung bagi para investor untuk bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi baru, yang umumnya masih belum terjamin keakuratannya. Mereka beranggapan bahwa semakin cepat mereka bertindak maka resiko kerugian dapat diminimalisir. Tanpa disadari, mereka menyebabkan terjadinya market overreaction yang berujung pada fenomena price reversal. Price reversal terjadi ketika saham yang memiliki kinerja buruk (loser) akan mengungguli saham yang berkinerja baik (winner) pada periode berikutnya. Oleh karena itu, para investor tidak dapat terus mempercayai harga saham yang beredar di pasar sebagai cerminan dari prospek return suatu saham di masa yang akan datang. Untuk mengetahui apakah price reversal ini terjadi di pasar modal Indonesia, peneliti menganalisi saham-saham yang terdaftar dalam LQ 45 periode 2013-2014. Maka data yang dipergunakan berupa harga penutupan saham mingguan. Metode statistik yang digunakan adalah uji independent sampel t-test. Dari hasil penelitian, fenomena price reversal terjadi pada saham LQ 45 selama periode 2013-2014. Hal ini dapat jelas terlihat khususnya pada beberapa portofolio saham tertentu saja, dengan kata lain fenomena price reversal tidak terjadi pada semua portofolio saham. Fenomena price reversal juga terjadi secara separatis dan tidak berkelanjutan. |