Anda belum login :: 17 Feb 2025 13:59 WIB
Detail
BukuMenemukan Kembali Indonesia: Memahami empat puluh tahun kekerasan demi memutus rantai impunitas (Laporan Tahun Kebenaran KKPK, Buku 1)
Bibliografi
Author: [s.n]
Topik: Pembasmian; PKI; Gerakan Kiri; Papua; Timor Timur 1975–1999; Operasi Militer di Aceh (1989-1999); Darurat Militer/Sipil (2000-2005)
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK)     Tempat Terbit: Jakarta Pusat    Tahun Terbit: 2014    
Jenis: Books - E-Book
Fulltext: BUKU 1 - MENEMUKAN KEMBALI INDONESIA - Lowres.pdf (16.02MB; 1 download)
Abstract
Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) bekerja semenjak
tahun 2008 untuk mendorong pembentukan sebuah komisi kebenaran, mengkritisi,
dan mendampingi lembaga negara yang menulis ulang Undang-Undang Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dianulir oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun
2007. Namun, setelah sekian lama menanti tanpa hasil, KKPK berinisiatif untuk
menggelar proses pengungkapan kebenaran yang kami sebut Tahun Kebenaran.
KKPK terdiri dari 47 organisasi masyarakat sipil, termasuk pegiat HAM di tingkat
nasional dan daerah, serta organisasi korban.
Pada Tahun Kebenaran, KKPK mendokumentasi sejumlah peristiwa kunci dengan
tema kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam operasi militer, perampasan
sumber daya alam, kekerasan terhadap pembela HAM, kekerasan yang dilakukan
dengan alasan perbedaan ideologi dan agama, dan kekerasan atas nama ketertiban
umum.
Kami diperkaya dan disemangati oleh 930 peristiwa kekerasan yang berhasil
didokumentasikan, diverifikasi dan dikonsolidasikan ke dalam database oleh
organisasi anggota KKPK, yang mencakup 3.396 korban (yang terdiri dari 2.706
laki-laki, 529 perempuan, dan 161 orang tidak diketahui/tidak tersedia informasi).
KKPK juga berhasil menyusun 140 narasi kasus, dan 72 kesaksian yang didengarkan
secara langsung dari para korban dan saksi di Jakarta, Solo, Palu, Kupang, Papua,
dan Aceh.
Salah satu kritik yang menghampiri kami adalah pilihan memihak korban. Apa yang
bisa membenarkan pilihan demikian ini? Pertama, kami menggunakan kerangka
HAM—sehingga siapapun yang melakukan penyelewengan kekuasaan bisa menjadi
pelaku pelanggaran. Standar HAM menjadi panduan untuk memahami cerita
kekerasan yang terjadi di Indonesia. Kedua, dalam proses Tahun Kebenaran, kami
memilih untuk mendengarkan suara-suara yang paling terpinggirkan. Pengalaman
mereka yang selama ini disangkal, bahkan tak nampak.
Harapan kami bahwa “Menemukan Kembali Indonesia: Suara Korban Membebaskan
Belenggu Kekerasan Masa Lalu” bisa menjadi inspirasi untuk membuka hati dan
pikiran kita untuk mengakui kebenaran, dan memanfaatkannya sebagai landasan
untuk membangun bangsa tempat kita bisa hidup bersama dalam kebebasan.
Kebenaran adalah masa depan!
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.21875 second(s)