Koalisi untuk Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) bekerja semenjak tahun 2008 untuk mendorong pembentukan sebuah komisi kebenaran, mengkritisi, dan mendampingi lembaga negara yang menulis ulang Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dianulir oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun 2007. Namun, setelah sekian lama menanti tanpa hasil, KKPK berinisiatif untuk menggelar proses pengungkapan kebenaran yang kami sebut Tahun Kebenaran. KKPK terdiri dari 47 organisasi masyarakat sipil, termasuk pegiat HAM di tingkat nasional dan daerah, serta organisasi korban. Pada Tahun Kebenaran, KKPK mendokumentasi sejumlah peristiwa kunci dengan tema kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam operasi militer, perampasan sumber daya alam, kekerasan terhadap pembela HAM, kekerasan yang dilakukan dengan alasan perbedaan ideologi dan agama, dan kekerasan atas nama ketertiban umum. Kami diperkaya dan disemangati oleh 930 peristiwa kekerasan yang berhasil didokumentasikan, diverifikasi dan dikonsolidasikan ke dalam database oleh organisasi anggota KKPK, yang mencakup 3.396 korban (yang terdiri dari 2.706 laki-laki, 529 perempuan, dan 161 orang tidak diketahui/tidak tersedia informasi). KKPK juga berhasil menyusun 140 narasi kasus, dan 72 kesaksian yang didengarkan secara langsung dari para korban dan saksi di Jakarta, Solo, Palu, Kupang, Papua, dan Aceh. Salah satu kritik yang menghampiri kami adalah pilihan memihak korban. Apa yang bisa membenarkan pilihan demikian ini? Pertama, kami menggunakan kerangka HAM—sehingga siapapun yang melakukan penyelewengan kekuasaan bisa menjadi pelaku pelanggaran. Standar HAM menjadi panduan untuk memahami cerita kekerasan yang terjadi di Indonesia. Kedua, dalam proses Tahun Kebenaran, kami memilih untuk mendengarkan suara-suara yang paling terpinggirkan. Pengalaman mereka yang selama ini disangkal, bahkan tak nampak. Harapan kami bahwa “Menemukan Kembali Indonesia: Suara Korban Membebaskan Belenggu Kekerasan Masa Lalu” bisa menjadi inspirasi untuk membuka hati dan pikiran kita untuk mengakui kebenaran, dan memanfaatkannya sebagai landasan untuk membangun bangsa tempat kita bisa hidup bersama dalam kebebasan. Kebenaran adalah masa depan! |