Stock split secara teori merupakan alat populer yang digunakan oleh manajer perusahaan untuk menata kembali harga saham, serta meningkatkan likuiditas pemegang saham. Namun banyak penelitian yang memberikan hasil yang kontradiktif. Melihat masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut permasalahan ini, tujuannya adalah untuk menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap return, likuiditas, dan volatilitas sebeium dan sesudah stock split. Penelitian ini menggunakan sampel data sekunder yang diperoleh dari KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia), Yahoo Finance, dan Icamel (Indonesia Capital Market Electronic Library) periode 2010 sampai dengan 2012. Penelitian ini menggunakan event study dengan menganalisis perbedaan variabel yang diteliti dari 180 hari sebeium dan 180 hari sesudah stock split. Pengujian hipotesis ini diolah dengan menggunakan program aplikasi SPSS 20.0 for windows, dengan menggunakan paired sample t-test, dengan tingkat signifikan 5%. Hipotesis pertama di terima, bahwa terdapat kenaikan yang signifikan pada return saham sesudah stock split. Hipotesis kedua diterima, bahwa terdapat kenaikan yang signifikan pada volume perdagangan saham setelah stock split. Tetapi hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan yang signifikan pada volatilitas saham sesudah stock split. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga hipotesis mendukung Signaling dan Trading Range Theory. |