Fenomena mengenai kemiskinan anak jalanan mencerminkan kesejahteraan bangsa Indonesia yang belum terwujud. Masyarakat dengan mudah dapat menemui anak jalan hampir di setiap sudut kota, khususnya kota Tangerang. Sayangnya, masyarakat dan pemerintah belum mampu menanggulangi masalah anak jalanan. Masyarakat justru menyingkirkan anak jalanan dari kehidupan bermasyarakat. Banyak dari masyarakat bahkan umat Kristiani yang menghindari anak jalanan karena kemiskinan mereka, gaya hidup yang dianggap distruktif, memiliki sikap malas dan urakan. Fenomena tersebut mendorong peneliti untuk memikirkan cara yang tepat agar umat Kristiani bersama masyarakat dapat membangun harapan anak jalanan untuk menata kehidupan yang lebih baik di masa depan. Peneliti memusatkan perhatian pada pokok-pokok permasalahan seputar kehidupan anak jalanan, latar belakang seseorang menjadi anak jalanan, harapan anak jalanan dan sikap umat Kristiani dalam membantu anak jalanan mewujudkan harapan akan kehidupan di masa depan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Peneliti memperoleh data-data penelitian dengan cara berinteraksi langsung dengan anak jalanan melalui teknik observasi partisipatif, mengamati jadual kegiatan anak jalanan sehari-hari, berdiskusi dan wawancara. Penelitian menghasilkan tiga tema besar. Tema besar pertama yaitu masa lalu anak jalanan, meliputi: usia pertama kali bekerja di jalan dan penyebab anak jalanan bekerja di jalan. Tema besar kedua yaitu kehidupan anak jalanan saat ini, meliputi kegiatan sehari-hari anak jalanan, pekerjaan yang dilakukan anak jalanan, rata-rata penghasilan anak jalanan, pendidikan anak jalanan, tempat tinggal anak jalanan, ketidakpedulian anak jalanan terhadap kebersihan dan kesehatan, sifat malas anak jalanan, perilaku negatif dalam pergaulan anak jalanan, risiko bekerja di jalan dan kebutuhan anak jalanan. Tema ketiga tentang masa depan anak jalanan. Tema-tema tersebut menggambarkan bahwa anak jalanan membutuhkan bantuan untuk membangun kehidupan di masa depan yang lebih baik. Maka dari itu, umat Kristiani dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat diajak untuk bersikap solider terhadap penderitaan orang lain dan berupaya membantu anak jalanan menata hidup yang lebih baik di masa depan. Sebuah proses pastoral katekese dirancang agar dapat menggugah semangat solidaritas umat Kristiani dalam membantu anak jalanan sedemikian rupa sehingga anak jalanan dapat beranjak dari kehidupannya yang penuh penderitaan dan kemiskinan menuju kehidupan yang penuh keselamatan. Dengan demikian, anak jalanan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik di masa depan. |