Penggunaan kaca yang semakin aplikatif pada bidang industri, konstruksi, dan otomotif menjadikan kaca menarik untuk diteliti. Jenis kaca yang umum digunakan adalah kaca float, namun kaca float tidak mudah untuk diaplikasikan secara langsung pada ketiga bidang tersebut. Dibutuhkan kaca dengan kekerasan yang lebih tinggi, sehingga kaca float ditingkatkan sifat – sifat mekanisnya melalui proses temper menjadi kaca temper. Kaca temper memiliki kekerasan yang jauh lebih tinggi dari kaca float akibat adanya gaya yang tinggal di dalam kaca setelah proses temper dilakukan yang disebut tegangan sisa. Dalam penelitian ini, tegangan sisa yang terdapat di dalam lembaran kaca temper akan diukur berdasarkan metode crack indentation menggunakan alat uji kekerasan Vickers dengan besar pembebanan 9,087 N. Data yang didapatkan dari metode crack indentation, yaitu panjang retakan, nilai kekerasan, dan fracture toughness digunakan sebagai parameter untuk menghitung besar tegangan sisa.
Hasil pengujian menunjukkan terdapat spesimen yang memiliki distribusi tegangan sisa yang tidak merata sehingga terjadi deformasi plastis berupa terbentuknya lendutan. Analisis eksperimental menunjukkan bahwa, kaca yang lebih tebal memiliki nilai kekerasan dan nilai fracture toughness yang lebih tinggi, besar tegangan sisa hanya dapat diukur pada spesimen yang pertumbuhan retakannya telah berhenti dalam rentang waktu 60 menit. |