Globalisasi yang terjadi di dunia saat ini disadari atau tidak membawa dampak yang sangat besar bagi aspek ekonomi, khususnya bidang bisnis internasional. Dalam bisnis internasional, para pelaku bisnis, baik perorangan maupun perusahaan menjadi saling terhubung dan terintegrasi satu sama lain. Munculnya berbagai perusahaan multinasional yang beroperasi lintas negara sedikit banyak mempengaruhi karyawan yang bekerja didalamnya. Banyak karyawan dari satu negara tempat suatu perusahaan berasal dikirim ke negara lain yang mungkin saja belum pernah dikunjungi sebelumnya dan bertolak belakang dengan negara asal karyawan tersebut. Berbagai penyesuaian harus dilakukan terutama dalam hal budaya, yang kemudian mempengaruhi gaya kepemimpinan orang tersebut di suatu perusahaan. Di Indonesia, begitu banyak perusahaan multinasional yang hadir, salah satunya PT. Honda Prospect Motor, yang merupakan hasil joint venture perusahaan Indonesia dengan perusahaan Jepang. Hadirnya ekspatriat Jepang di dalam perusahaan menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa gaya kepemimpinan ekspariat Jepang di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia melalui teori dimensi kebudayaan Hofstede, kerangka budaya nasionalGLOBe, dan gaya manajemen khusus Jepang. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dilihat model penyesuaian (mode of adjustment) yang dilakukan ekspatriat Jepang dalam memimpin karyawan lokal Indonesia. Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan ekspatriat Jepang dan karyawan lokal di PT. Honda Prospect Motor. Data juga didapat melalui studi kepustakaan dan observasi langsung di lapangan. Melalui penelitian ini, didapatkan hasil bahwa menurut dimensi budaya nasional Hofstede pemimpin ekspatriat Jepang memiliki karakteristik jarak kekuasaan yang rendah, penghindaran ketidakpastian sedang, tingkat individualisme sedang, tingkat maskulinitas sedang, dan berorientasi jangka panjang. Sedangkan melalui kerangka budaya nasional GLOBE, didapatkan hasil bahwa perusahaan memiliki orientasi manusia dan orientasi performa sedang. Sementara dengan mengacu pada gaya manajemen khusus Jepang, didapatkan hasil bahwa perusahaan memiliki keinginan agar karyawan dengan beberapa kemampuan sekaligusmelakukan investasi terus menerus, tidak terjadi praktek senioritas walaupun usia sedikit banyak mempengaruhi, tidak terjadi diskriminasi, melakukan berbagai pelatihan walaupun tidak dalam intensitas yang tinggi, penyampaian evaluasi yang dilakukan tertutup dan rahasia, serta ada serikat buruh milik perusahaan. Dalam memimpin perusahaan, ekspatriat Jepang melakukan dua model penyesuaian (mode of adjustment) yaitu model reaksi dan model integrasi. Ekspatriat Jepang berusaha mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan perusahaan tetapi juga berusaha mengubah beberapa keadaan di perusahaan agar sesuai dengan dirinya. |