Dalam persaingan antar perusahaan dewasa ini, PT Indo sebagai salah satu perusahaan pertambangan di Indonesia, harus dapat meningkatkan efektifitas operasionalnya, oleh sebab itulah PT Indo meninjau metode-metode produksi dan logistik yang dipakai saat ini. Peninjauan pada metode logistik ditujukan untuk mengidentifikasi perbaikan yang dapat dilakukan agar dapat mengurangi biaya, meminimalkan risiko keterlambatan dan memastikan ketersediaan kargo. Saat ini biaya transportasi batubara dengan cara pemuatan batubara via tongkang dilaut lepas ke vessel yang dikenal dengan istilah transhipment semakin meningkat. Jasa bongkar muat batubara dan jasa floating crane sebagai kombinasi komponen biaya dengan kemungkinan faktor insiden kecelakaan serta keamanan selama proses pemuatan batubara dilaut lepas dan juga ketergantungan terhadap bahan bakar, mendorong PT Indo untuk mengambil langkah pengembangan dengan cara memanfaatkan dan semakin meningkatkan kapasitas pelabuhan ekspor batubara. Untuk pencapaian tersebut, PT Indo mengeksplorasi dan mengidentifikasi alternatif yang tersedia dengan alih teknologi yang ada untuk mendukung terlaksananya target tersebut dengan biaya yang efektif dan efisien. PT Indo memperkuat keputusan untuk memilih investasi membangun Continuos Barge Unloader (CBU) dibandingkan dengan menyewa floating crane karena didukung perhitungan bahwa Net Present Valué (NPV) investasi CBU bernilai positif sebesar $ 36.318.769, sedangkan NPV sewa floating crane sebesar $-13.158.764. Selain NPV, Internal Rate ofReturn ( IRR) CBU sebesar 37.69%, IRR sewa floating crane sebesar 4.14% dan Profitability Index (PI) CBU sebesar 1.82, sedangkan PI sewa floating crane 0.99, juga merupakan faktor yang mendukung PT Indo mengambil langkah investasi pembangunan CBU. Tingkat Payback Period (PP) CBU selama 2.45 tahun mendekati periode pengembalian yang diharapkan oleh perusahaan selama 3 tahun, sedangkan PP sewa floating crane selama 4.78. Risiko dari investasi ini cukup tinggi karena penurunan harga jual batubara dan perubahan harga bahan bakar mempunyai sensitivitas variabel tinggi atau resiko tinggi, sedang tambahan kapasitas pada pelabuhan ekspor, perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, dan upah tenaga kerja relatif mempunyai sensitivitas variabel rendah atau resiko rendah. Berdasarkan analisis skenario dapat disimpulkan bahwa NPV yang diharapkan dari gabungan ketiga skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang bernilai positif S 30.795.414. Hal ini berarti proyek investasi CBU layak untuk dilaksanakan. |