Anda belum login :: 23 Nov 2024 03:32 WIB
Detail
ArtikelEffect of N-Acetyl Cysteine administraffon to the degree of parasitemia and plasma interleukin-12 level of mice infected with plasmodium berghei and treated with artemisinin  
Oleh: Fitri, Loeki Enggar ; Rosyidah, Hannatur ; Sari, Nur Permata ; Endarti, Agustina Tri
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - terakreditasi DIKTI
Dalam koleksi: Medical Journal of Indonesia vol. 18 no. 01 (Jan. 2009), page 5-9.
Topik: N-acetyl Cysteine; Parasitemia; Interleukin-12; Plasmodium berghei
Ketersediaan
  • Perpustakaan FK
    • Nomor Panggil: M35.K.02
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelPendahuluan: Proteksi terhadap infeksi malaria memerlukan respon imun seluler yang dimulai dengan pelepasan interleukin-12 (IL-12) dari antigen presenting cells (APC). N-Acetyl Cysteine (NAC) merupakan precursor dari glutathione, sementara glufathione dapat meningkatkan produksi lL-l2. Pemberian NAC yang dikombinasi dengan artemisinin cliharapkan akan meningkatkan imunitas seluler dari mencit selama fnfelcsi Plasmodium berghei. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian NAC terhadap derajat parasitemia dan kadar IL-12 plasma pada mencit ,yang diinfeksi dengan P. berghei dan diterapi dengan artemisinin. Metode: Desain dari penelitian ini adalah post-test-control-only design menggunakan 5 kelompokmencityang terdiri dari kelompok A (kelompok kontrol negatif) kelompok B (kelompok kontrol positif; atau mencit yang diinfeksi dengan P.berghei tanpa terapi), kelompok C (mencit yang diinfeksi dengan P.Berghei dan diterapi dengan artemisinin 0.04 mg/g BB selama 7 hari), kelompok D (mencit yang diinfeksi dengan P.berghei dan diterapi dengan artemisinin kombinasi dengan NAC 1 mg/g BB selama 7 hari) dan kelompok E mencit yang diinfeksi dengcm P.berghei dan diterapi dengan artemisinin kombinasi dengan NAC 1 mg/g BB selama 3 hari dan diturunkan atau tapering menjadi 0,5 mg/g BB selama 4 hari). Parasitemia diikuti setiap 2 hari dan setelah 6 hari pasca infeksi atau ketika derajat parasitemia mencapai ±10% terapi dimulai. Pada hari ke 3, 5,dan 7 setelah terapi, mencit dari tiap kelompok diterminasi dan diukur kadar IL-I 2 plasma (ELISA, Bender Medsystems GmbH. Vienna, cat. BMS6004). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan hahwa semua mencit yang direrapi baik dengan artemisinin mono-therapy maupun terapi kombinasi artemisinin dan NAC, derajat parasitemia turun secara bermakna (P=0.000). Tidak ada perbedaan yang bermakna (P=0.05) dalam menurunkan derajat parasitemia di antara kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Kadar IL-12 plasma meningkat secara bermakna pada kelompok yang menerima terapi kombinasi artemisinin dan NAC baik dosis konstan maupun dosis Tapering dibandingkan dengan kelompok yang menerima artemisinin mono-therapy (p < 0,05J) Kadar IL-12p70 plasma pada kelompok kombinasi artemisinin dan NAC dosis tapering lehih tinggi secara bermakna daripada kelompok lainnya pada hari ke 5 dan 7 pasca terapi. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah artemisinin mono-therapy menurunkan derajat parasitemia sama efektifnya dengan kombinasi artemisinin and NAC. Terapi kombinasi artemisinin dan NAC, dosis konstan maupun tapering, lebih meningkafkan kadar IL-12p70 plasma daripada artemisinin mono-therapy. Kadar IL-12p70 plasma tertinggi ditekan pada kelompok yang diterapi kombinasi artemisinin dan NAC dosis tapering pada pengobatan selama 7 hari.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)