Bergerak di tengah ketatnya persaingan pasar global membuat PT.KN, perusahaan di bidang makanan dan minuman kesehatan, menentukan strategi pengembangan organisasinya sendiri. Salah satu sistem nilai yang diterapkan kini adalah LPS (Lean Production System), yang utamanya bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. Disadari kini penerapan sistem tersebut turut membawa perubahan sistem kerja departemen produksi. Salah satu perubahan yang diidentifikasi adalah bertambahnya tugas serta tanggung jawab operator produksi untuk memenuhi satu indikator performa, yaitu target kualitas dan kuantitas produksi di dalam proses produksi yang berjalan efektif dan efisien. Bertambahnya tanggung jawab tentu menuntut bertambahnya kompetensi, baik itu teknis maupun non-teknis, yang harus dimiliki operator produksi. Sistem seleksi penerimaan operator produksi yang ada saat ini dianggap kurang memadai untuk dapat menyeleksi operator berdasarkan kompetensi non-teknisnya. Oleh karenanya, intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan membekali kompetensi non-teknis operator produksi yang baru sebelum memberikan pembekalan kompetensi teknisnya dalam suatu program orientasi. Berdasarkan hasil need assessment, didapatkan bahwa untuk dapat menunjang keberhasilan pekerjaan operator dalam proses produksi, diperlukan kerjasama team yang efektif. Kerjasama team operator produksi termasuk dalam bentuk Junctional team, yang bekerja didasarkan fungsi kerjanya masing-masing dan cenderung bersifat kaku. Tidak semua modul kerjasama yang ada saat ini sesuai jika diberikan kepada operator produksi. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan suatu modul pelatihan kerjasama bagi operator produksi, agar dapat digunakan untuk memberikan pelatihan kerjasama bagi operator produksi dalam NEOP (New Employee Orientation ProgramE) di PT. KN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan tiga lingkup kegiatan utama. Pertama adalah Training Need Analysis (TNA) yang dilakukan dengan wawancara kepada pemegang jabatan dan atasan. Kedua, tahap pengembangan modul pelatihan. Terakhir adalah tahap validasi yang dilakukan melalui expert judgment kepada dosen fakultas Psikologi, section head Departemen Sumber Daya Manusia PT.KN, serta users yang dalam hal ini adalah Supervisor dan Manager Produksi PT.KN. Validasi dilakukan untuk mengevaluasi, memperbaiki dan mengklarifikasi konsep, susunan, serta isi modul pelatihan tersebut. Dari tiga tahap kegiatan yang dilakukan di atas, maka didapatkan hasil bahwa telah dikembangkan suatu modul pelatihan kerjasama bagi operator preoduksi yang telah divalidasi, dan dapat dipergunakan untuk memberikan pelatihan kerjasama bagi operator produksi di PT.KN. Sangat disayangkan waktu pembuatan modul ini tidak bertepatan waktunya dengan masa orientasi operator baru, sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menguji cobakannya kepada target pelatihan. Akan lebih baik lagi jika modul pelatihan ini dijicobakan langsung kepada target pelatihan untuk mengukur efektivitas modul tersebut. |