Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi besarnya biaya yang dikeluarkan oleh PT Jayatama Selaras dalam mencapai kualitas yang diinginkan. Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian adalah studi kasus dengan menggunakan data biaya produksi dan biaya non produksi tahun 2009 dan 2010. Penulis mengategorikan biaya-biaya apa saja yang termasuk dalam kategori biaya kualitas dan menyajikan biaya-biaya tersebut dalam laporan biaya kualitas. Kemudian penulis menganalisis dan membandingkan biaya kualitas tersebut terhadap tingkat biaya kualitas optimum, yaitu dua sampai empat persen dari penjualan. Berdasarkan analisis persentase biaya kualitas terhadap penjualan, temyata perusahaan belum mencapai tingkat kualitas optimum. Hal ini disebabkan porsi biaya penilaian yang terlalu besar. Tahun 2009 dan 2010, total biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan masing-masing adalah Rp125.984.175 dan Rp 146.044.106 dengan persentase biaya kualitas terhadap penjualan sebesar 10,39% dan 14,54%. Oleh karena itu, penulis mencoba meningkatkan aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kategori pencegahan, yaitu pelatihan mengenai inspeksi produksi, penggunaan mesin untuk inspeksi produksi, pemeliharaan mesin dan penyederhanaan desain mold dan produk. Peningkatan aktivitas-aktivitas ini berdampak pada penurunan biaya inspeksi produksi, afval, pengerjaan kembali dan re-set up mesin. Dengan demikian, biaya kualitas tahun 2009 dan 2010 masing- masing turun menjadi Rp 81.967.326 dan Rp 91.542.909 dengan persentase biaya kualitas terhadap penjualan sebesar 6,76% dan 9,12%. Oleh karena itu, jika perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut secara bertahap, maka perusahaan dapat mencapai tingkat biaya kualitas yang optimum. |