Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:06 WIB
Detail
BukuKonsep Diri Negatif Dua Anak Panti Asuhan Hati Suci Yang Mengalami Labeling Negatif Dan Rencana Tindakan Konseling Gestalt
Bibliografi
Author: OPING, TIRZA MAYNIKE ; Lengkong, Felix Yoseph (Advisor)
Topik: Konsep Diri; Labeling; Tindakan Konseling Gestalt
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2012    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Tirza Maynike Oping's Undergraduate Theses.pdf (3.19MB; 68 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FKIPK-453
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Konsep diri merupakan gambaran atau penilaian individu mengenai dirinya, baik bersifat pskologis, sosial maupun fisik. Kata labeling berarti penjulukan atau pemberian cap. Labeling adalah sebuah gambaran yang dapat berpengaruh pada identitas diri atau konsep diri. Labeling terbagi atas dua bentuk yaitu positif dan negatif. Saat seseorang menerima labeling negatif, akan muncul berbagai perasaan yang seringkali tidak diungkapkan, seperti perasaan kesal, benci, marah, dan sebagainya. Perasaan negatif yang tidak dapat diungkapkan dalam tindakan konseling Gestalt sering disebut sebagai urusan yang tak selesai (unfinished bussiness). Akibat dari urusan yang tak selesai itu akan membuat seseorang membentuk konsep diri negatif di dalam dirinya. Tujuan penelitian yang dilakukan terhadap kedua anak panti asuhan Hati Suci adalah untuk mengetahui konsep diri negatif anak panti asuhan yang mengalami labeling dan rencana tindakan konseling Gestalt bagi korban labeling negatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Teknik pengumpulam data dilakukan dengan wawancara, observasi, Daftar Cek Masalah (DCM), sosiometri, dan kuesioner the personality self-potrait. Berdasarkan hasil penelitian, kasus Lulu dan Sasa yang berumur 10 dan 11 tahun menunjukan kedua subjek penelitian memiliki gambaran diri (konsep diri) yang negatif baik bersifat psikologis, sosial maupun fisiknya. Lulu menilai dirinya sebagai orang yang tertekan, orang yang mudah marah, orang yang tidak berguna, orang yang suka iri, orang yang suka dipuji, orang yang tidak disukai orang lain, orang yang sulit bergaul, orang yang cenderung menyendiri, orang yang pesimis orang yang memiliki bentuk dan warna rambutnya buruk, orang yang memiliki warna dan postur kulit buruk. Selain itu Lulu memiliki kepribadian positif yang harus dikembangkan yaitu percaya diri terhadap pendidikan dan pekerjaannya di masa depan. Sasa memiliki konsep diri sebagai orang yang tertekan, orang yang mudah marah, orang yang tidak berguna, orang yang senang dipuji, orang yang suka iri, orang yang tidak disukai, orang yang sulit bergaul, orang yang cenderung menyendiri, orang yang pesimis, orang yang terlalu kurus, dan orang yang memiliki kulit yang tidak bagus. Kedua kasus tersebut sebaiknya ditangani melalui tindakan konseling Gestalt. Tindakan konseling Gestalt akan membantu individu memahami perasaan, kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran bagi korban labeling yaitu harus lebih terbuka terhadap calon konselor yang akan memberikan penanganan dan ikuti proses konseling tersebut secara rutin supaya permasalahan yang dihadapi dapat segera terselesaikan. Saran bagi kepala Panti Asuhan Hati Suci yaitu mencari konselor untuk memberikan bimbingan dan konseling bagi kedua subjek penelitian serta menyediakan tempat yang kondusif untuk bimbingan dan konseling. Saran bagi pengasuh Panti Asuhan Hati Suci yaitu melakukan pendekatan dengan anak-anak di panti asuhan dan kerja sama konselor panti asuhan (kalau ada). Saran bagi ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) FKIP Unika Atma Jaya yaitu membekali dan mempersiapkan mahasiswa program studi Bimbingan Konseling supaya menjadi tenaga-tenaga konselor yang terlatih untuk memberikan penanganan maupun layanan konseling yang tepat bagi anak-anak SD, khususnya bagi anak-anak yang memiliki konsep diri negatif dan tetap membangun kerjasama yang baik dengan pihak panti asuhan untuk memberikan layanan konseling maupun penyuluhan mengenai perkembangan anak usia Sekolah Dasar (SD). Saran bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling yaitu dapat mempersiapkan diri untuk dapat terampil mengunakan berbagai pendekatan konseling guna menghadapi berbagai masalah yang muncul pada anak-anak usia SD.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.15625 second(s)