SDM sampai saat ini masih merupakan masalah yang menjadi sorotan dan kendala bagi organisasi untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi dikarenakan tugas organisasi untuk mengatur para karyawan merupakan hal yang kompleks. Salah satu kebutuhan yang dianggap penting adalah imbalan, yang termasuk di dalamnya terdapat tunjangan. Tunjangan merupakan imbalan non finansial yang didapat seseorang karena keanggotannya di dalam organisasi. Dalam skripsi ini penulis memfokuskan dan mencoba membahas lebih mendalam perbedaan sistem tunjangan antara SMAN 43 dan SMA Dewi Sartika, mengetahui penyebabnya, serta menganalisis apakah guru merasa puas dengan tunjangan yang mereka dapat. Perbedaan yang ditemukan penulis mencakup faktor-faktor seperti: sistem tunjangan, proses perencanaan tunjangan, sumber dana tunjangan, pola pemberian tunjangan, dan dampak pemberian tunjangan. Penulis mengunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku teks, literatur, jurnal, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa guru pada SMAN 43 mendapatkan tunjangan yang lebih beragam. Hal tersebut dikarenakan status guru mereka yang menjadi PNS. Walaupun pada SMA Dewi Sartika juga mendapatkan tunjangan tersebut, sifatnya lebih tidak merata karena terdapat beberapa tunjangan yang tidak didapat oleh semua guru. Para guru juga merasa tidak puas dengan tunjangan yang mereka dapat, dikarenkan proses untuk mendapatkannya yang berbelit-belit dan sering mengalami keterlambatan. |