Sekarang ini, good will yang menandai identitas kita sebagai orang Belu kian terkikis. Kita semakin terbiasa menciptakan dan hidup di dalam suasana pura-pura akrab. pura-pura setuju dan beragam banyak pura-pura yang lain. Semakin kita mengenakan topeng kepura-puraan itu, semakin lenyap pula identitas ke-belu-an kita. Kalau sudah begini, jangankan bicara tentang apa yang dapat kita lakukan bersama untuk kepentingan kita bersama, bertanggungjawab untuk untuk pekerjaan sendiripun kita kemas dalam kepura-puraan hingga kita bahkan tidak lagi menjadi “belu” untuk diri kita sendiri. Topeng kepura-puraan merenggut jatidiri “ke-belu-an” kita baik secara social (ketika kita berhadapan dengan orang lain) maupun secara personal (ketika kita berhadapan sengan diri sendiri). |