Seseorang Yang Tidak Siap Menghadapi Kehamilan, Salah Satu Kemungkinan Yang Akan Dilakukan Yaitu Dengan Melakukan Aborsi. Di Indonesia, Aborsi Dilegalkan Hanya Pada Kondisi-Kondisi Medis Tertentu, Sehingga Banyak Perempuan Terpaksa Mencari Pelayanan Aborsi Tidak Aman. Seseorang Yang Hamil Mengalami Tumbuhnya Insting Keibuan. Saat Ia Dihadapkan Pada Keputusan Untuk Aborsi, Timbullah Suatu Rasa Kehilangan. Perasaan Kehilangan Yang Timbul Setelah Seseorang Melakukan Aborsi Adalah Grief. Disenfranchised Grief Merupakan Suatu Keadaan Di Mana Seseorang Tidak Diperkenankan Untuk Merasakan Duka Yang Dialami. Seseorang Tidak Ditawarkan Untuk Berduka Serta Mendapatkan Simpati Dan Dukungan Sosial. Seseorang Yang Melakukan Aborsi Mengalami Disenfranchised Grief Karena Kurangnya Dukungan Dari Masyarakat. Pihak-Pihak Lain Yang Dibutuhkan Seperti Dukangan Moril Dari Sisi Agama Belum Tentu Bisa Didapatkan, Mengingat Kehamilannya Dan Aborsi Itu Sendiri Merupakan Suatu Hal Yang Bertentangan Dengan Norma Agama. Penelitian Ini Menggunakan Metode Kualitatif Untuk Menggali Lebih Dalam Grief Yang Dirasakan Oleh Responden Penelitian. Wawancara Dan Pedoman Wawancara Juga Digunakan Dalam Penelitian Ini. Responden Sama-Sama Berusia 23 Tahun. Responden Pertama Pernah Melakukan Aborsi Sebanyak Dua Kali, Sedangkan Responden Kedua Melakukan Aborsi Sebanyak Satu Kali. Kedua Responden Memiliki Karakteristik Kepribadian Yang Berbeda, Responden Pertama Cenderung Ekstrovert, Sedangkan Responden Kedua Cenderung Introvert. Hasil Yang Didapatkan Ialah Berupa Gejala-Gejala Yang Menunjukkan Terjadinya Disenfranchised Grief Pada Responden, Seperti Shame, Guilt, Anger, Perilaku Destruktif, Aborsi Berulang, Self- Disenfranchisement, Penggunaan Objek Lain Sebagai Media Mengekspresikan Konflik Emosional Dan Konflik Hubungan Dengan Pihak-Pihak Yang Terlibat Aborsi. Ditemukan Pula Faktor-Faktor Eksternal Dan Internal Yang Memberatkan Dan Meringankan Terjadinya Disenfranchised Grief Seperti Dukungan Dari Lingkungan, Dukungan Dari Sesama Wanita Yang Pernah Melakukan Aborsi, Tersedianya Ritual Keagamaan Dan Ritual Dalam Masyarakat, Ketidak Tersediaan Konselor, Kemandirian Seseorang, Strategi Coping Dan Rasionalisasi Perasaan Bersalah. Peneliti Menemukan Keterbatasan Dalam Hal Pencarian Literatur Dan Sumber Bacaan Untuk Membangun Teori Disenfranchised Grief Ini. Hendaknya Penelitian Ini Dapat Menjadi Acuan Untuk Berkembangnya Penelitian-Penelitian Lebih Lanjut Mengenai Disenfranchised Grief. |