Penelitian ini berangkat dari permasalahan bahwa para penderita systemic lupus erythematosus (SLE) yang sekaligus berperan sebagai pendamping penderita SLE lainnya di Yayasan Lupus Indonesia, selama ini dipilih dan berkarya berdasarkan niat baik dan komitmen untuk memberi waktu, tetapi belum dibekali secara profesional untuk menguasai keterampilan dalam melakukan pendampingan. Dalam melaksanakan tugas pendampingan, yaitu melakukan konseling dan memimpin kelompok diskusi, tidak jarang para pendamping mengalami stress dan burnout. Didukung oleh Skovholt (2005), dikatakan bahwa layanan utama dalam helping profession adalah konseling, sebagai proses membina relasi dan cara dalam melayani kebutuhan untuk pengembangan klien. Selain itu, berdasarkan kebutuhan di Yayasan Lupus Indonesia, maka dirasakan perlu keterampilan dalam mengelola kelompok-kelompok diskusi bagi odapus maupun keluarga odapus. Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian pendahuluan, diperoleh informasi bahwa para pendamping odapus di Yayasan Lupus Indonesia membutuhkan microskills berupa keterampilan dalam melakukan konseling dan memandu kelompok diskusi secara profesional. Tujuan penelitian ini adalah menyusun modul pelatihan pembekalan konseling dan focus group discussion bagi penderita systemic lupus erythematosus (SLE) yang menjadi pendamping odapus di Yayasan Lupus Indonesia. Metode yang digunakan dalam melakukan analisa kebutuhan adalah wawancara kepada 11 orang narasumber. Setelah dilakukan penelitian awal untuk analisa kebutuhan, kemudian disusun modul pelatihan yang kemudian dilakukan validasi isi dengan mengggunakan expert judgement. Modul yang sudah diperbaiki dari hasil feedback expert judgement, kemudian diujicobakan dalam bentuk pelatihan yang diberikan kepada 11 orang pendamping Yayasan Lupus Indonesia. Untuk mengukur reaksi dari peserta pelatihan, diberikan form evaluasi pelatihan, dan untuk mengukur proses belajar, diberikan pretest dan posttest, yang kemudian dianalisa menggunakan uji statistik non parametric menggunakan Wilcoxon 2 independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan pendamping dalam melakukan konseling dan mengelola FGD. Dari hasil pelatihan, peserta menunjukkan reaksi yang positif dan terdapat hasil perbedaan yang signifikan pada skor posttest dibandingkan skor pretest. |