Beberapa penelitian menemukan anomali dalam IPO saham, yaitu short-term underpricing dan long-term underperformance. Short-term underpricing adalah suatu keadaan di mana dalam jangka pendek, saham perdana akan menghasilkan return positif. Sedangkan long-term underperformance adalah suatu keadaan di mana dalam jangka panjang, kinerja saham perdana akan berada di bawah kinerja pasar, dan kinerja tercermin dalam return. Melalui penelitian ini maka penulis ingin mengetahui apakah kedua fenomena ini juga terjadi di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan untuk menganalisis fenomena short-term underpricing adalah dengan menghitung first-day return, sedangkan untuk menganalisis long-term underperformance digunakan buy-and-hold return serta wealth relative dengan jangka waktu 3 dan 5 tahun. Hasil first-day return menunjukkan fenomena short-term underpricing secara rata-rata terjadi pada tahun 2000-2004. Terdapat 39 perusahaan nonkeuangan dengan return positif. Sedangkan hasil buy-and-hold return dan wealth relative menunjukkan dalam jangka waktu 3 tahun, fenomena longterm underperformance secara rata-rata terjadi pada tahun 2000, 2001, 2002, dan 2004. Terdapat 42 perusahaan non-keuangan yang menghasilkan return saham di bawah return pasar. Dalam jangka waktu 5 tahun, fenomena ini secara rata-rata terjadi pada tahun 2000-2004. Terdapat 49 perusahaan non-keuangan yang menghasilkan return saham di bawah return pasar. |