Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi pada anak-anak. Jika diketahui secara terlambat maka harapannya kecil untuk sembuh dan dapat dikatakan sebagai terminal illness. Penelitian berfokus pada ayah yang anaknya menderita leukemia. Dalam mendampingi anaknya yang sakit, ia akan melewati proses anticipatory grief, yaitu kesedihan atas kematian yang akan terjadi. Teori anticipatory grief yang digunakan adalah parental anticipatory grief, yang khusus membahas anticipatory grief pada orangtua. Teori tersebut terdiri dari lima fase, yaitu acknowledgment, grieving, reconciliation, detachment, dan memorialization. Kelima fase tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan fisiologis. Tujuan penelitian adalah melihat gambaran anticipatory grief pada ayah yang anaknya menderita leukemia. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan dua subyek. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam fase pertama, reaksi yang umum adalah shock, tidak terima, dan tidak percaya. Untuk fase grieving, kedua subyek mengalami grieving yang berbeda, namun sama-sama menjadi mudah terpancing untuk marah. Subyek pertama belum dapat lanjut ke fase berikutnya karena masih denial, sedangkan subyek kedua sudah pasrah dan menerima sehingga ia dapat melanjutkan ke fase reconciliation. Kedua subyek belum dapat mencapai fase terakhir yaitu memorialization. Faktor psikologis yang mempengaruhi fase-fase adalah, kondisi anak dan sifat ayah yang tertutup. Faktor sosial, kondisi ekonomi, banyaknya dukungan keluarga, lingkungan sekitar, dan reaksi anak yang sakit. Faktor fisiologis adalah kurang tidur, dan lelah. Peneliti melihat penting untuk melakukan penelitian mengenai anticipatory grief dilihat dari faktor pekerjaan dari ayah dan sibling dari anak yang sakit. Saran untuk subyek adalah mengikuti konseling karena pria sulit untuk mengemukakan kesedihan yang mereka rasakan. Keluarga juga harus rajin melakukan medical check-up pada anaknya. |