SMA 70 adalah sebuah sekolah menengah atas (SMA) negeri yang terletak di Jalan Bulungan Blok C Nomor 1 Jakarta Selatan. Budaya senioritas di SMA 70 sangat kuat, dapat dikatakan hormat terhadap senior sudah menjadi hal yang mutlak. Setiap angkatan di SMA Negeri 70 Jakarta mempunyai nama angkatan yang dibentuk oleh senior atau siswa kelas tiga dari angkatan tersebut. Mereka harus melalui proses inisiasi dimana proses ini melalui metode kekerasan. Hal tersebut membuat para siswa SMA 70 merasa bahwa dirinya dan teman satu angkatannya mengalami nasib dan perjuangan yang sama dan berdampak pada konflik antar angkatan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran identitas sosial berbasis angkatan pada siswa SMA 70 yang diasumsikan mendasari kekerasan dan konflik antar angkatan pada SMA 70. Untuk menjawab permasalahan penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai metode pengambilan data. Subjek yang diwawancarai terdiri dari 8 orang dengan teknik Maximum Variation Sampling dimana asal angkatan, keikutsertaan dalam inisiasi, dan keaktifan dalam angkatan menjadi variasinya. Berdasarkan hasil analisis tematik pada data yang dilakukan secara deduktif, diketahui bahwa identitas sosial sebagai angkatan menonjol pada siswa SMA 70 karena terdapat budaya senioritas yang berlangsung sejak dulu, keadaan berbagi pengalaman dengan teman angkatan, adanya pengorbanan yang dijalani sejak menjadi junior, dikuatkan dengan adanya motif individu yang menunjang, intensifnya hubungan dengan angkatan, serta minimnya hubungan antar angkatan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan hingga membentuk indentitas yang kuat sebagai sebuah angkatan. Kuatnya identitas sebagai angkatan dapat terlihat dengan terciptanya kelompok (angkatan) yang kohesif, adanya ciri angkatan menonjol, kategorisasi kelompok, serta terjadinya Intergroup Bias dalam hubungan antar kelompok. Melalui hasil penelitian didapati pula bahwa walaupun angkatan menonjol, masih terjadi peluang yang baik dengan menonjolkan SMA 70 dan ekskul sebagai identitas siswa. Ternyata ketika SMA 70 dan ekskul menonjol sebagai identitas, hubungan yang lebih harmonis dapat terjadi. Selain itu, ternyata pengaruh keluarga dan individu juga berperan besar dalam menghindarkan siswa dari tindakan kekerasan antar angkatan di sekolah. |