Konsep kecerdasan kognitif adalah konsep yang sudah dikenal oleh dunia psikologi sejak awal abad 20-an. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, penelitian menemukan bahwa ternyata, kecerdasan kognitif semata tidak dapat nmenjadi jaminan bagi kesuksesan seseorang di masa depan. Oleh karena itu, muncullah konsep kecerdasan lain, yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dapat dibina dan dikembangkan sejak sedini, walaupun kualitas yang sesungguhnya baru akan tampak ketika individu sudah mencapai tahap kematangannya, yaitu usia 16-18 tahun. Kecerdasan emosional juga dapat berkembang secara efektif lewat penyesuaian yang baik oleh individu melalui tuntutan peran dan situasi kondisi lingkungannya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lingkungan adalah pihak yang banyak memberikan kontribusi terhadap berkembangnya kecerdasan emosional seseorang. Bagi seorang individu yang berusia 16-18 tahun (remaja), lingkungan tempat ia menghabiskan sebagian besar waktunya adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Banyaknya waktu yang dihabiskan di sekolah membuat kontribusi sekolah menjadi signifikan bagi individu. Saat ini, metode pengajaran yang paling umum dilakukan di Indonesia adalah belajar di sekolah-sekolah umum yang biasa diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Namun demikian, dunia pendidikan Indonesia juga memunculkan metode pengajaran baru, seperti homeschooling. Metode belajar yang dilakukan SMA umum dan homeschooling bertujuan yang sama untuk mengembangkan potensi anak, walaupun dengan cara yang berbeda dan dengan keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Oleh karena itu, dengan segala kelebihan dan kekurangan pada kedua metode pengajaran tersebut, peneliti ingin melihat, apakah ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang menjalani pendidikan SMA umum dan homeschooling. Sampel yang akan terlibat dalam penelitian ini adalah remaja berusia 16-18 tahun dan minimal satu tahun menjalani pendidikan SMA umum dan homeschooling. Pemilihan sampel akan dilakukan secara purposive sampling dan data kecerdasan emosional dari para sampel akan diambil dengan alat tes Bar-On EQi. Alat tes tersebut terdiri dari 133 item yang tergolong ke dalam 5 dimensi dan 15 subdimensi. Setelah melakukan uji beda dengan independent sample t-test, peneliti mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan skor kecerdasan emosional yang signifikan pada kelompok sampel SMA umum dan homeschooling. Perbedaan skor tersebut terjadi pada mayoritas dimensi dan subdimensi dari kecerdasan emosional, kecuali pada subdimensi emotional self-awareness dan empathy. Berdasarkan norma within-group yang dibuat peneliti, mayoritas skor kelompok sampel SMA umum tergolong sedang. Di sisi lain, mayoritas skor kelompok sampel homeschooling tergolong tinggi. Pada subdimensi emotional self-awareness dan empathy, skor kedua kelompok sampel tergolong sedang. Secara garis besar, perbedaan skor antara kedua kelompok sampel disebabkan oleh perbedaan sistem pengajaran yang terdapat pada SMA umum dan homeschooling, serta aktivitas yang dilakukan remaja yang menjalani pendidikan SMA umum dan homeschooling di luar waktu belajar mereka. Di samping itu, ada beberapa saran metodologis dan praktis yang perlu diperhatikan apabila akan diadakan penelitian-penelitian selanjutnya. |