| Human Immunodeficiency Virus (HIV) a virus yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun. HIV terdapat pada cairan tubuh manusia dan dapat menular pada siapa saja yang melakukan perilaku beresiko bertukarnya cairan tubuh dengan pengidap HIV, seperti berhubungan seksual, menggunakan jarum suntik dan benda tajam lainnya, melalui proses mengandung, melahirkan dan menyusui. Salah satu komunitas yang penting untuk mendapat intervensi adalah istri dari suami yang terinfeksi HIV, dimana istri adalah seorang wanita yang berpeluang tertular melalui hubungan seksual dengan suaminya yang mengidap HIV. Istri juga dapat menularkan kepada bayinya yang merupakan sumber daya manusia yang harus dijaga. Istri yang beresiko tertular HIV dapat disebabkan oleh tidak mudahnya seseorang mendeteksi dan mengungkap status HIV, di antara mereka baru mengetahui status HIV saat sudah menikah. Individu yang terinfeksi HIV membutuhkan dukungan dalam menerima keadaan dan beradaptasi dalam perubahan cara hidupnya dari orang terdekat, termasuk pasangan hidupnya. Istri sebagai pasangan suami dengan HIV tidak selalu memahami kondisi suaminya dan bagaimana merawatnya. Reaksi istri yaitu pasrah, tidak mempedulikan kondisi suami, ataupun tetap melakukan perilaku beresiko tertular HIV. Dari wawancara dengan keempat subjek, diperoleh adanya kebutuhan akan pengetahuan mengenai HIV dan mereka belum mengetahui langkah ataupun cara hidup dengan suami yang terinfeksi HIV. Berdasarkan peran penting istri dalam merawat suami dan keluarganya serta bahaya HIV pada istri, maka peneliti berpendapat bahwa kebutuhan pengetahuan HIV dan cara mengelola hidup bersama suami dengan HIV merupakan suatu fenomena yang perlu diteliti dan ditindak-lanjuti. Peneliti bermaksud memberikan psikoedukasi manajemen kasus bagi para istri. Psikoedukasi kepada istri diberikan agar mereka memperoleh informasi yang akurat untuk menemukan cara dalam menyesuaikan perilakunya terhadap suaminya yang terinfeksi HIV. Cara yang diberikan yaitu dengan melakukan manajemen kasus untuk mendukungan istri dalam mendampingi suami secara bertahap, khususnya dalam mengelola perubahan cara hidup, mengkoordinasikan dan merencanakan kegiatan, serta layanan yang diterima oleh individu dengan HIV. Perubahan perilaku istri untuk menerapkan manajemen kasus dilihat melalui tahap perubahan (stage of change). Peneliti melakukan wawancara, pelaksanaan psikoedukasi manajemen kasus, pemberian pre-test dan post-test, serta jurnal sebagai alat evaluasi sekaligus panduan bagi istri untuk menerapkan manajemen kasus. Hasil dari pelaksanaan psikoedukasi manajemen kasus yaitu berupa modul bagi pemerhati HIV dan istri, serta jurnal bagi para istri untuk menjadi panduan dalam merawat suami dengan HIV. |