Di zaman sekarang ini, lapangan pekerjaan semakin menyempit. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan perekonomian dan juga lapangan pekerjaan adalah dengan menjadi wirausaha. Namun sayangnya, hanya segelintir masyarakat, khususnya para kaum terdidik (yaitu dalam hal ini para mahasiswa) yang mempunyai pilihan untuk menjadi seorang wirausaha. Dunia kewirausahaan sendiri sebenarnya sangat terkait erat dengan kreativitas dan inovasi. Maksudnya, ketika menjalankan usahanya, para wirausaha sebaiknya memiliki gaya berpikir kreatif yang mengarah kepada terciptanya inovasi-inovasi. Kirton menyebutnya dengan gaya berpikir yang inovatif. Menurut Kirton, gaya berpikir kreatif terbagi 2, yaitu gaya berpikir kreatif yang inovatif dan adaptif. Untuk mengetahui bagaimana gaya berpikir para mahasiswa yang sudah menjadi wirausaha tersebut, maka peneliti menggunakan KAI (Kirton Adoption-Innovation) dan teori Adoption-Innovation (A-I) dari Kirton. KAI terdiri dari 31 item dan berjenis inventori. KAI mengukur 3 dimensi yang berhubungan dengan gaya berpikir kreatif. Ketiga dimensi tersebut adalah originality, efficiency, dan group conforming. Responden pada penelitian ini adalah 82 orang mahasiswa yang berprofesi sebagai wirausaha. Mereka terdiri dari 41 orang mahasiswa berasal dari perguruan tinggi negeri dan 41 orang lainnya dari perguruan tinggi swasta di Jakarta, dengan karakteristik minimal sudah menjalankan usahanya selama satu tahun dan masih aktif sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi tersebut. Populasi ini dipilih karena adanya peran ganda antara tugas belajar mahasiswa dan tugas mengelola bisnis wirausaha yang membuat suatu keunikan tersendiri. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, ternyata mayoritas dari para mahasiswa yang berwirausaha di Jakarta mempunyai gaya berpikir kreatif yang inovatif. Namun sayangnya, pada dimensi group conforming, ternyata para mahasiswa ini masih menunjukan pola pikir yang konformis atau ikut dengan kelompoknya. Selain itu, didapatkan pula adanya perbedaan antara gaya berpikir kreatif pada mahasiswa pria dan wanita yang berwirausaha, dimana mahasiswa pria lebih inovatif daripada wanita. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa PTN dan PTS, dimana mahasiswa PTN yang berwirausaha lebih inovatif daripada PTS. Perbedaan yang signifikan juga terdapat pada dimensi originality. Disamping itu, para mahasiswa yang berwirausaha dengan lama usaha 1-3 tahun juga mempunyai gaya berpikir yang lebih inovatif jika dibandingkan dengan mahasiswa yang menjalankan usahanya dengan lama 4-6 tahun. |