Profesi penjaga jalur lintasan kereta api menjadi ujung tombak perkereta apian karena menyangkut kelancaran lalu lintas kereta api serta menyangkut hajat hidup orang banyak, baik itu penumpang kereta api maupun pengguna jalan raya. Maka dari itu, diperlukan kondisi psikis yang baik dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Kondisi psikis yang dimaksud adalah psychological well-being. Psychological well-being ini menurut Ryff (1989) terdiri dari enam dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi pertumbuhan pribadi serta dimensi tujuan dalam hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi secara akurat mengenai psychological well-being pada para penjaga jalur lintasan kereta api di Daerah Operasional (DAOP) I Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan alat ukur psychological well-being yang terdiri dari enam dimensi. Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur adaptasi dari alat ukur Ryff (1989) yang telah disusun oleh tim penelitian payung psychological well-being Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya di bawah koordinasi Prof. Dr. B. P. Dwi Riyanti untuk berbagai profesi. Subyek pada penelitian ini merupakan para penjaga jalur lintasan kereta api di Daerah Operasional (DAOP) I Jakarta yang diambil secara non-random dengan teknik accidental sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being profesi penjaga jalur lintasan kereta api Daerah Operasional (DAOP) I Jakarta PT. KAI termasuk dalam kategori sedang. Dilihat dari keenam dimensi pada psychological well-being, dimensi penerimaan diri pada penjaga jalur lintasan kereta api termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan untuk kelima dimensi lainnya, yakni dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, dan tujuan hidup termasuk dalam kategori sedang. Jika dilihat dari hubungan aspek demografis dengan psychological well-being, tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan. Aspek demografis yang dilihat adalah wilayah, usia, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan masa kerja. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi PT. KAI terkait dengan penjaga jalur lintasan kereta api, terutama yang berada di Daerah Operasional (DAOP) I Jakarta agar dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari dengan baik. |