Orang dengan HIV dan AIDS (ODHIV) pada umumnya ada pada usia produktif yaitu kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 50,82% dimana mereka memasuki tahap perkembangan dewasa muda. Pada tahap ini individu menjalin hubungan sosial secara intim dengan orang lain khususnya(intimate relationship) khususnya dengan yang berbeda jenis kelamin. Hubungan tersebut dibangun dari berpacaran hingga melanjutkan hubungan ke tahap pernikahan. ODHIV yang ada pada tahap dewasa muda diasumsikan telah memiliki kematangan, baik dari segi fisik, kognitif, maupun psikososial, terutama saat mengambil keputusan untuk menikah. Selain memilih pasangan dengan status yang sama, sebagian ODHIV ingin menikah dengan yang bukan ODHIV, khususnya pada wanita. Hubungan tersebut akan menempatkan wanita pada situasi yang sulit karena adanya resiko penularan HIV. Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melihat proses pengambilan keputusan wanita bukan ODHIV yang berniat untuk menikah dengan pria ODHIV. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi. Subjek penelitian, wanita pada tahap usia dewasa muda yang bersedia menikah atau mempunyai niat menikah dengan pasangannya pria ODHIV pada 3 variasi situasi kapan subjek mengetahui status HIV pasangannya. Jumlah subjek penelitian ini adalah 5 orang wanita. Analisis tentang pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pada teori Psychological Decision Theory yang memiliki 4 tahap; Pembangkitan representasi internal, Tahap U (Utility assessment evaluation), Tahap P (Prediksi) dan Tahap Ch (Blok of Choice). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 4 subjek tetap ingin menikah dan 1 subjek yang membatalkan. Pada tahap R, subjek tidak mengatakan dengan jujur status ODHIV pacar kepada orang tua mereka. Nilai (value) yang berkembang antara lain, yaitu security value, hedonism value, conformity value, dan benevolence value. Faktor pendidikan dan budaya mempengaruhi nilai tersebut. Pada tahap U hambatan utama subjek berkaitan dengan faktor keluarga, ekonomi dan status pacar. Ketidakyakinan untuk menikah justru datang dari pasangan subjek. Pada tahap prediksi, pada umumnya subjek menyadari akan konsekuensi mereka tertular HIV. Namun, mereka tetap berharap mendapatkan keturunan nantinya. Keyakinan itulah yang membuat keempat subjek masuk pada tahap Block of Choice dengan mengambil keputusan melanjutkan hubungan dengan pasangannya ke tahap pernikahan. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan konseling pada para Manajer Kasus agar mampu mendampingi para wanita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bertanggungjawab. |