Anda belum login :: 23 Nov 2024 16:19 WIB
Detail
BukuGambaran Stres dan Coping Remaja Putri yang Memiliki Adik Penyandang Autisme
Bibliografi
Author: SUSONTI, DECY NATHALINA ; Pandia, Weny Savitry S. (Advisor)
Topik: Perkembangan Remaja; Saudara Kandung; Diagnosa Autisme; Karakteristik Autisme; Penyandang Autisme
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2009    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Decy Natalina Susanti's Undergraduated Theses.pdf (328.81KB; 172 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-1449
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Beberapa tahun ini, autisme marak diperbincangkan oleh masyarakat dunia secara umum maupun masyarakat Indonesia secara khusus. Autisme merupakan gangguan yang mengacu pada area kognitif, emosi dan sosial yang terjadi secara bersamaan. Para penyandang autisme ini memiliki kesulitan berkomunikasi, memahami ekspresi wajah, menyampaikan keinginan, berorientasi pada aktivitas yang disukainya tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya, serta menyukai aktivitas berulang. Dapat dibayangkan bahwa hal ini tentu membutuhkan perhatian lebih dari keluarga untuk mendampingi aktivitas hariannya. Sebenarnya, tidak hanya orangtua tetapi saudara kandung yang dalam hal ini seorang kakak remaja ikut terlibat untuk mendampingi aktivitas anak penyandang autisme. Alasannya karena mereka berinteraksi satu sama lain, orangtua melimpahkan tanggung jawab kepada anak yang paling tua karena layak mengajarkan adik, serta harapan agar dapat menggantikan fungsi orangtua yang tidak selamanya dapat mendampingi anak penyandang autisme karena faktor usia. Tanggung jawab yang diberikan orangtua terkait dengan keadaan adik yang menyandang autisme dan berbagai peran yang dimiliki remaja dalam lingkungan sekolah dan teman sebaya, serta keadaan dalam mencari identitas diri dapat merupakan beban sehingga menjadikannya stres atau sebagai sebuah tantangan. Kehadiran adik penyandang autisme dirasakan remaja menjadi sebuah beban terlebih bagi remaja putri karena secara stereotipe mereka dianggap layak oleh orangtua untuk mengajari adik. Stres yang dialami remaja putri ini dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti performa yang kurang baik dalam kognitif, emosional, dan fisiologis serta dapat berujung tugas perkembangan remaja tidak tercapai. Kondisi ini harus dapat diminimalisasi melalui sebuah usaha yang disebut coping. Oleh karena itu, coping yang dilakukan tentunya tidak sekedar agar remaja dapat mencapai identitas diri dengan baik, melainkan remaja harus dapat mencapai tugas perkembangannya sehingga dapat memiliki kematangan untuk masuk pada periode usia berikutnya. Berdasarkan keadaan demikian, peneliti ingin melihat gambaran stres dan coping remaja yang memiliki adik penyandang autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena bertujuan untuk menggali bagaimana remaja putri memaknai kehadiran adik penyandang autisme. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak tiga dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non random dengan pendekatan purposive sampling dan berdasarkan konstruk yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian, ketiga subjek mengalami kondisi stres pada awalnya terkait dengan kehadiran adik penyandang autisme seperti karakteristik adik penyandang autisme, stigma dari masyarakat mengenai adik penyandang autisme dan beban yang dilimpahkan orangtua. Kondisi ini dipengaruhi oleh urutan kelahiran subjek, pola asuh orangtua, keterlibatan orangtua, tanggung jawab yang diberikan orangtua kepada subjek, serta tingkat keparahan adik penyandang autisme. Dalam meminimalisasi beban yang dimiliki, ketiga subjek memilih perilaku coping yang berbeda-beda yaitu: pada emotion focused coping subjek 1 dan subjek 3 menggunakan self-control, subjek 1 dan subjek 2 menggunakan positive reappraisal dan pada problem focused coping subjek 3 menggunakan plan problem solving serta subjek 1 dan subjek 2 menggunakan social support. Dari perilaku coping yang dipilih social support merupakan perilaku coping yang dapat mendukung subjek untuk meminimalisir stres sehingga subjek dapat berkembang lebih baik dan memiliki gambaran diri yang positif. Pada akhirnya, subjek pun dapat berkerjasama dengan orangtua dalam menghadapi kehadiran adik penyandang autisme dan mendukung tercapainya tugas perkembangan remaja.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.1875 second(s)