Pendidikan berkualitas merupakan salah satu modal menghadapi persaingan global. Banyak orang percaya bahwa salah satu cara mendapatkan pendidikan berkualitas adalah belajar ke perguruan tingi. Sejalan dengan fenomena ini, di Indonesia terdapat banyak universitas. Hal ini mengakibatkan persaingan yang ketat antar universitas dalam menjaring mahasiswa. Bahkan, tidak jarang universitas mengalami penurunan jumlah peminat diakibatkan persaingan ini. Salah satu universitas yang terus mengalami penurunan jumlah peminat dalam empat tahun terakhir adalah Unika Atma Jaya Jakarta. Kurangnya jumlah peminat terhadap Atma Jaya terutama berasal dari luar Jabodetabek. Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah peminat Atma Jaya adalah dengan membangun merek yang kuat. Merek yang kuat dapat dibangun dengan memberi pemaknaan pada merek tersebut menggunakan archetype. Dengan pemaknaan yang kuat terhadap suatu merek, konsumen yang menggunakan merek tersebut akan mendapatkan kepuasan dalam menggunakan merek tersebut. Pemaknaan melalui archetype terhadap suatu merek dapat dilakukan dengan memahami kebutuhan dasar konsumennya. Penelitian ini melihat perbedaan gambaran brand archetype Unika Atma Jaya antara calon mahasiswa di Jabodetabek dan di luar Jabodetabek menggunakan alat ukur archetype. Alat ukur archetype yang digunakan diadaptasi dari alat ukur yang dikembangkan tim mahasiswa psikologi Unika Atma Jaya angkatan 2004. Sampel yang digunakan adalah 74 calon mahasiswa di Jabodetabek dan 34 calon mahasiswa di luar Jabodetabek yang memilih Unika Atma Jaya sebagai tempat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan terdapat perbedaan gambaran brand archetype Unika Atma Jaya antara calon mahasiswa di Jabodetabek dan di luar Jabodetabek. Pada calon mahasiswa di Jabodetabek, archetype yang dominan adalah innocent, jester dan caregiver. Pada calon mahasiswa di luar Jabodetabek, archetype yang dominan adalah explorer, caregiver, dan innocent. |