HIV & AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang menjadi permasalahan dunia. Di Indonesia, berbagai LSM berdiri untuk membantu penanganan HIV & AIDS. Sebagai pelaksana program LSM, para pekerja sosial menjadi ujung tombak. Seiring bertambahnya kasus HIV & AIDS, dibutuhkan lebih banyak lagi pekerja sosial. Akan tetapi, sebagai sebuah pekerjaan yang beresiko, turnover pun terjadi. Para pekerja sosial HIV & AIDS yang bertahan adalah mereka yang memiliki ‘jiwa sosial’ dan keinginan membantu. Dalam istilah psikologi, perilaku membantu disebut prosocial behavior (perilaku prososial). Motivasi tiap pekerja sosial HIV & AIDS berbeda, dan perlu dicari tahu agar diperoleh gambaran untuk membantu pencarian pekerja sosial bidang HIV & AIDS yang akan terus bertahan. Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu gambaran motivasi berperilaku prososial pada pekerja sosial ODHIV dan non-ODHIV di bidang HIV & AIDS, serta membandingkan kedua jenis pekerja sosial tersebut berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu wawancara. Wawancara dilaksanakan dengan panduan wawancara yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori motivasi Abraham Maslow, hierarchy of needs. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling, dengan metode variasi maksimum. Karakteristik subjek penelitian adalah pekerja sosial ODHIV dan non-ODHIV full-time di wilayah DKI Jakarta, berada dalam rentang usia produktif dan berjenis kelamin laki-laki. Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 pekerja sosial HIV & AIDS yang berstatus ODHIV dan 3 pekerja sosial HIV & AIDS non-ODHIV. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa motivasi berperilaku prososial pada pekerja sosial ODHIV dan non-ODHIV di bidang HIV & AIDS berada pada rentang belongingness and love needs hingga self actualization needs. Dari 6 subjek, 3 orang (2 non-ODHIV dan 1 ODHIV) berada dalam jenjang self-actualization needs, 1 orang (non-ODHIV) berada dalam jenjang self-esteem needs dan 2 orang (ODHIV) berada dalam jenjang belongingness and love needs. Dengan kata lain, motivasi pekerja sosial di bidang HIV & AIDS untuk berperilaku prososial didasari kebutuhan akan penerimaan dan cinta kasih dari sekeliling, kebutuhan untuk dihargai, serta keinginan untuk terus mengembangkan diri dan kenyamanan berada di dalam pekerjaan di bidang HIV & AIDS. Kesimpulan yang bisa dibuat dari perbandingan antara pekerja sosial HIV & AIDS yang berstatus ODHIV dengan non-ODHIV adalah bahwa perbedaan muncul dari pengalaman kerja dan penyelesaian masalah dengan diri sendiri. Semakin tinggi pengalaman kerja, semakin tinggi pula jenjang motivasi yang dicapai oleh pekerja sosial di bidang HIV & AIDS. Selain itu, para ODHIV memiliki 2 tahap dalam hidupnya, yaitu memulihkan diri terlebih dahulu (setelah pulih dari kecanduan dan menerima diri sebagai pengidap HIV & AIDS), baru membantu orang lain. Dengan kata lain, para subjek ODHIV menjalani proses yang lebih panjang dan rumit dibandingkan dengan para subjek non-ODHIV. |