Anda belum login :: 22 Nov 2024 12:44 WIB
Detail
BukuFaktor-Faktor Penyebab Stres Akademik pada Siswa Kelas 5 SD Jubilee-Jakarta
Bibliografi
Author: NANWANI, ANJU ARJAN ; Sudarnoto, Laura Francisca Neneng (Advisor)
Topik: Stres pada Anak; Anak Usia Sekolah; Stres Akademik
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2009    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Anju Arjan Nanwani's Undergraduated Theses.pdf (271.65KB; 83 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FKIPK-391
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Stres adalah keadaan individu yang dipengaruhi oleh rangsangan dari dalam maupun dari luar individu. Keadaan inilah yang membuat individu bereaksi baik berupa fisik dan psikologis. Stres terjadi karena adanya faktor-faktor yang membuat individu berada dalam keadaan tersebut. Faktor-faktor penyebab stres dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu diri sendiri (internal) dan di luar diri (eksternal). Kekhawatiran akan diri sendiri dan tuntutan yang berlebihan terhadap diri sendiri dapat menjadi faktor penyebab stres. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan stres pada anak, antara lain lingkungan keluarga dan akademik. Stres akademik adalah stres yang berhubungan dengan aspek pembelajaran, khususnya pengalaman belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri faktor-faktor penyebab stres pada siswa kelas 5 SD Jubilee. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memberikan gambaran tentang faktor penyebab stres. Instrumen yang digunakan adalah skala penilaian yang mengukur faktor-faktor penyebab stres akademik. Instrumen terdiri dari 46 pernyataan dengan lima komponen yaitu pelajaran lebih padat, banyaknya kegiatan yang ingin dilakukan tetapi waktu terbatas, tekanan untuk berprestasi tinggi, dorongan untuk meniti tangga sosial, dan orang tua yang ambisius. Komponen pertama membahas mengenai pelajaran yang lebih padat. Sebanyak 80% siswa kadang-kadang merasa jenuh mengikuti 9 jam pelajaran dalam sehari. Sebanyak 46% siswa kadang-kadang merasa bingung memahami pelajaran bahasa Inggris. Komponen kedua membahas keinginan siswa untuk melakukan banyak kegiatan tetapi waktu terbatas. Salah satu alasannya adalah banyaknya kegiatan les setelah pulang sekolah. Sebagian besar siswa mengikuti kegiatan les setelah pulang sekolah dan merupakan kegiatan yang tidak disukai. Sebanyak 38% siswa mengikuti kegiatan les setelah pulang sekolah dan merupakan kegiatan yang tidak disukai. Pada komponen ketiga, yaitu tekanan untuk berprestasi tinggi, ada 47% siswa kadang-kadang merasakan jantung berdebar-debar saat diminta maju ke depan kelas. Pada komponen keempat, yaitu dorongan untuk meniti tangga sosial, ditemukan ada 53% siswa kadang-kadang belajar dengan perasaan berat hati karena tidak menyukai pelajarannya. Komponen yang terakhir adalah orang tua yang saling berlomba. Ada 47% siswa selalu merasa bahwa orang tuanya merasa bangga hanya jika mendapat nilai di atas 80. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pihak sekolah dan orang tua menyadari anak pun dapat mengalami stres karena tuntutan akademik. Perkembangan anak bukan hanya ditentukan dari prestasi akademik semata tetapi bagaimana anak bertumbuh dan berkembang sesuai usianya dan potensinya dengan perasaan yang positif. Melalui informasi ini, diharapkan pihak sekolah dan orang tua dapat bekerja sama dalam memberikan pendampingan yang tepat bagi anak. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bimbingan dan Konseling mendapat alokasi jam pelajaran sehingga dapat memberikan informasi sekaligus melakukan pengamatan perkembangan siswa melalui berbagai kegiatan, misalnya dinamika kelompok. Hal lain yang dapat dilakukan adalah kegiatan-kegiatan sebagai program bina diri siswa di luar kelas atau luar sekolah. Selain itu, pertemuan berkala yang diadakan pihak sekolah yang juga mengundang orang tua hendaknya tidak hanya diisi dengan informasi akademik saja, tetapi diisi dengan seminar atau pembekalan dari divisi Bimbingan dan Konseling sekolah atau ahli lain yang berkompeten. Apabila hal ini telah dijadikan bagian dari program sekolah, lebih jauh lagi, orang tua dapat membentuk kelompok diskusi orang tua sebagai forum berbagi sesama orang tua untuk saling menguatkan dan bersama-sama membahas masalah-masalah anak.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)