Profesi pekerjaan yang bergerak dalam bidang pelayanan kemasyarakatan sering dihadapkan dengan ketegangan emosional yang terkait dengan sifat pekerjaan yang dijalankan, di mana sangat mungkin menimbulkan stres kerja. Salah satu profesi pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan kemasyarakatan adalah bidan. Hal yang paling mendatangkan stres sebagai bidan yaitu saat bidan dihadapkan dengan tanggung jawab dan resiko yang besar dalam proses persalinan karena bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan dua nyawa sekaligus yaitu nyawa ibu dan bayi. Sumber lainnya yang mungkin memicu datangnya stres pada bidan yaitu tuntutan akan keahlian teknik kebidanan dan merawat pasien, pengetahuan, konsentrasi yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya, pengadaan sistem shift dan rolling yang tidak merata, tuntutan tugas yang berlebih, sistem imbalan yang tidak memadai, tuntutan akan idealisme profesi, persoalan-persoalan dengan pasien, teman sekerja, serta persoalan pribadi bidan. Itu semua dapat menimbulkan rasa tertekan pada bidan sehingga muncul sebagai pemicu timbulnya stres kerja. Reaksi stres yang muncul pada bidan dapat mempengaruhi perilaku, sikap, dan emosi bidan terhadap pasien yang ditangani. Pada posisi yang berhubungan dengan banyak orang, kemampuan seorang dalam mengelolah emosi sangatlah penting karena mereka akan lebih berempati, komunikatif, dan lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Dalam hal tersebut, emosilah yang paling banyak mengambil peran. Belajar dan memelihara emosi yang sesuai dengan situasi yang terjadi adalah dengan mengatur apa yang dirasakan merupakan komponen utama dalam pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan kemasyarakatan. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah kecerdasan emosi. Dengan kecerdasan emosi, bidan dapat mengenali dan mengatur emosinya dalam merespon sumber stres yang ada, sehingga dapat mengolah sumber stres yang dialami sedemikian rupa dalam bentuk penyelesaian yang tepat. Untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja, peneliti menggunakan alat ukur kecerdasan emosi yang bernama EII (Emotional Intelligence Inventory) yang diadaptasi oleh Sri Lanawati, Msi dari BarOn Emotional Quotient Inventory (EQ-I) dan teori Goleman (1995). Sementara untuk mengukur stres kerja, digunakan alat ukur berdasarkan teori Robbins (2003) yang peneliti susun sendiri dengan menggunakan skala Likert. Subjek penelitian adalah bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Budi Kemuliaan dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 74 orang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena semua bidan di RSIA Budi Kemuliaan dijadikan sebagai subjek penelitian. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah bidan yang masih aktif bekerja, dengan minimal pendidikan D1 Kebidanan. Hasil penelitian didapatkan korelasi yang bersifat negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada profesi bidan (r = -0,639, 0,000 < 0,01). Maka semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah tingkat stres kerja yang dialami, atau sebaliknya. |