School Bullying merupakan intimidasi yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak lemah dengan maksud untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman agresi lanjutan dan menciptakan teror di lingkungan sekolah, penelitian tahun 2008 terhadap 1500 siswa SMP dan SMA di 3 kota besar Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta),67% responden menyatakan school bullying terjadi di sekolah mereka. Saat kasus ini berlangsung, sekolah menjadi target utama yang diminta pertanggungjawabannya. Padahal bagaimana seorang anak berperilaku di sekolah terbentuk mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Bagaimana seorang anak dapat berperan dalam suatu tindakan school bullying salah satunya dapat dijelaskan melalui hubungannya dengan orang tuanya atau yang sering disebut sebagai Pola Attachment. Masing-masing pola baik secure, avoidant, atau ambivalent attachment memberikan pengaruh tersendiri bagi anak dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola attachment terhadap orang tua dan perilaku agresi pada pelaku school bullying. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan populasi penelitian adalah siswa-siswi SMU X dan SMU Y yang diaktegorikan sebagai pelaku school bullying. Sampel penelitian sebanyak 52 orang dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun mulai dari kelas 1-3 SMU, yang diambil dengan menggunakan menggunakan metode stratified random sampling. Untuk menguji korelasi dalam penelitian ini digunakan alat ukur adaptasi Kuesioner Pola Attachment dan Alat ukur kecenderungan anak berperilaku agresi. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson’s product moment dengan bantuan program SPSS versi 15.0. Hasil penelitian menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Secure Attachment dan Perilaku Agresi (r = 0.151 ; p>0,01). Hal ini sesuai dengan hipotesa awal peneliti bahwa tidak terdapat hubungan antara Pola Secure Attachment dengan Perilaku Agresi. Untuk pola Avoidant dan Ambivalent Attachment, tidak dapat dilakukan penghitungan hubungannya dengan Perilaku Agresi karena minimnya jumlah responden untuk kedua pola attachment tersebut. |