Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:53 WIB
Detail
BukuGambaran Dimensi Beserta Indikator Kepemimpinan Transformasional pada Pemimpin Beretnis Tionghoa di Perusahaan-Perusahaan yang ada di Jakarta
Bibliografi
Author: WIDIAWATI, AGNES ; Suryani, Angela Oktavia (Advisor); Panggabean, Hana Rochani G. (Advisor)
Topik: Kepemimpinan; Leadership; Etnis Tionghoa; Kepemimpinan Transformasional
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2009    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext: Agnes Widiawati's Undergraduated Theses.pdf (637.71KB; 199 download)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: FP-1395
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Abstract
Kepemimpinan transformasional dewasa ini dianggap sebagai kepemimpinan efektif yang relevan diterapkan di mana pun untuk segala jenis situasi, serta mampu menghasilkan suatu prestasi kerja yang luar biasa bagi sebuah organisasi (Yukl, 2006). Untuk menemukan pemimpin transformasional tersebut sebenarnya Bass (1985) sudah menyediakan alat ukur berupa MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire), dan pada tahun 1992 oleh Bass dan Avolio dikembangkan lagi alat ukur transformasional MLQ-6S. Namun demikian, diketahui bahwa suatu alat ukur yang valid digunakan di suatu negara tertentu belum tentu bisa valid digunakan di negara lain. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan budaya yang dapat memberikan dampak besar terhadap perilaku kepemimpinan efektif di suatu tempat (Lord & Maher, 1991, dalam Tyogie, 2007). Dapat dikatakan bahwa alat ukur MLQ tersebut masih dibentuk berdasarkan teori dari budaya barat sehingga bisa saja tidak valid dan reliabel digunakan di Indonesia. Padahal dari sudut pandang budaya diketahui bahwa Indonesia mampu memunculkan pemimpin transformasional, sehingga yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana mengidentifikasi para pemimpin transformasional Indonesia tersebut. Maka dari itulah diperlukannya alat ukur kepemimpinan transformasional yang dapat mengidentifikasi pemimpin transformasional Indonesia secara akurat. Untuk memastikan alat ukur MLQ ini dapat digunakan atau mungkin perlu dibuatnya alat ukur kepemimpinan transformasional baru khusus Indonesia, perlu adanya kajian yang lebih mendalam tentang budaya Indonesia dikaitkan dengan teori transformasional Bass dan Avolio yang membentuk alat ukur MLQ tersebut. Pada penelitian awal, peneliti melakukan pembelajaran terlebih dahulu pada kepemimpinan transformasional etnis Tionghoa di Jakarta. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan gambaran dimensi beserta indikator kepemimpinan transformasional pada pemimpin beretnis Tionghoa di perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melibatkan 4 responden atasan diikuti 2 responden bawahan dari masing-masing responden atasan. Keempat responden atasan tersebut dipilih dengan bantuan kuesioner Identifikasi Pemimpin Transformasional dan alat ukur MEIM yang melihat kedekatan seseorang dengan budaya dari etnis/suku yang dianutnya. Instrumen penelitian kualitatif yang digunakan adalah dua panduan wawancara semi-standardized, untuk atasan dan bawahan, yang dibentuk dengan metode Critical Incident Technique. Kemudian data yang dihasilkan akan dianalisa dengan metode content analysis, yang menggunakan kerangka analisa deduktif (Marying, 2000) di mana disusun berdasarkan teori Managerial Position Description Questionnaire (Yukl, 2006) dan teori kepemimpinan transformasional Bass dan Avolio. Hasil penelitian menegaskan bahwa memang ada pengaruh budaya dalam melihat kepemimpinan transformasional suatu tempat, khususnya di Indonesia. Buktinya adalah ditemukan beberapa perbedaan gambaran dimensi kepemimpinan transformasional antara hasil penelitian pada etnis Tionghoa Indonesia dengan yang dikemukakan oleh Bass dan Avolio. Perbedaan tersebut yang pertama terletak pada content dari indikator pada dimensi/domain inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration dalam teori kepemimpinan transformasional Bass dan Avolio. Kemudian perbedaan kedua adalah adanya domain/dimensi kepemimpinan transformasional baru yang ditemukan dari studi para pemimpin transformasional etnis Tionghoa. Melalui penelitian ini ditemukan pula beberapa hasil tambahan yaitu kepemimpinan transformasional orang Tionghoa lebih banyak muncul ketika para pemimpin Tionghoa melakukan tugas dan tanggungjawab managerial seperti supervising, consulting, dan coordinating. Kedua perbedaan gambaran kepemimpinan transformasional dari barat dengan etnis Tionghoa di Indonesia yang telah disebutkan di atas, dapat lebih memastikan bahwa alat ukur MLQ yang berasal dari budaya barat tersebut memang belum dapat digunakan untuk menyaring para pemimpin transformasional Indonesia. Maka dari itu, masih diperlukan sebuah alat ukur kepemimpinan transformasional baru untuk Indonesia. Saran yang dapat diberikan lewat penelitian ini adalah hasil penelitian terhadap etnis Tionghoa ini masih belum cukup untuk membentuk alat ukur baru tersebut. Masih perlu adanya penelitian lanjutan terhadap suku/etnis lain di Indonesia agar lebih menemukan gambaran kepemimpinan transformasional Indonesia secara utuh, sehingga mampu membuat alat ukur kepemimpinan transformasional Indonesia yang bersifat indigenous dan teruji validatas serta reliabilitasnya. Meskipun penelitian ini masih terbilang penelitian awal, tetapi apabila setelah penelitian lanjutan dan ternyata diketahui bahwa memang ada perilaku-perilaku etik dari kepemimpinan transformasional etnis Tionghoa lewat penelitian ini, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat pula menyumbang terbentuknya alat ukur transformasional untuk etnis Tionghoa Indonesia.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.15625 second(s)