Seluruh pelaku bisnis dan tenaga kerja dituntut untuk tampil secara profesional dengan kinerja terbaik. Profesionalitas ini bukan hanya dalam hal-hal teknis dan keterampilan manajerial serta finansial, namun juga untuk aspek-aspek moral yang berkaitan dengan loyalitas, komitmen, pelayanan, tanggung jawab, dan bisa dipercaya. Hal ini juga terjadi pada sektor usaha restoran. Terkait dengan hal di atas, pedoman dasar yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan karyawan adalah integritas. Integritas merupakan satu dari sepuluh rahasia keberhasilan perusahaan (Gostick dan Telford, 2003). Menurut Murphy (2005), integritas adalah kemampuan individu untuk bertindak sesuai norma, nilai-nilai, serta segala peraturan yang berlaku secara sadar dan konsisten. Individu yang berintegritas akan membuktikan prinsip moral yang dimilikinya melalui sikap dan perilaku. Selanjutnya, integritas dibedakan menjadi dua yaitu overt integrity berupa tindakan nyata yang berhubungan dengan tindakan pencurian dan perilaku kontraproduktif, serta covert integrity berupa aspek kepribadian yang menjadi prediktor dari kejujuran dalam bidang pekerjaan. Integritas dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional (Murphy, 1993). Faktor personal adalah yang bersifat individual, meliputi nilai, sikap, dan kepercayaan. Dalam perkembangannya, banyak aspek personal lain yang berhubungan dengan integritas, antara lain kepribadian, locus of control, stres, kepuasan kerja, dan masih banyak lagi. Peneliti tertarik untuk meneliti satu aspek personal yang mungkin juga berhubungan dengan integritas, yaitu pychological well being. Menurut Warr (1978), psychological well being dapat diartikan sebagai pandangan individu terhadap dirinya sendiri mengenai kepuasan dan perasaan bertumbuh serta berkembang dalam berbagai aspek kehidupannya, ditandai dengan adanya mental positif. Individu yang puas dan memandang positif kehidupannya (Ryff, 1995), atau dengan kata lain memiliki psychological well being yang baik, tidak akan berkeinginan mengambil keuntungan dari orang lain atau bertindak tidak jujur dan melanggar norma yang ada. Individu tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab dan work value yang lebih positif, sehingga dapat dikatakan berintegritas tinggi. Sedangkan orang yang psychological well being-nya rendah akan berkeinginan mengambil keuntungan dari orang lain atau perusahaan dan memunculkan perilaku kontraproduktif atau dapat dikatakan berintegritas rendah. |