Dalam tingkat persaingan yang tinggi, perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif untuk dapat bertahan hingga jangka waktu yang panjang. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, maka kemampuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif telah bergeser dari kemampuan dalam mengeksploitasi tangible assets menjadi kemampuan untuk mengelola intangible assets, seperti membina hubungan yang baik dengan pelanggan, menciptakan inovasi produk, menciptakan produk yang sesuai dengan harapan pelanggan dengan harga rendah dan waktu singkat, mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, serta menstimulasi keterampilan dan motivasi karyawan. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat pengukuran kinerja yang komprehensif yang dapat menggambarkan keadaan aspek keuangan dan nonkeuangan perusahaan, yaitu Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang pengukuran kinerja bisnis dengan menggunakan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat, perspektif keuangan menjadi tolok ukur utama yang dijelaskan oleh tolok ukur operasional pada tiga perspektif lainnya. Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran keuangan kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong kinerja masa depan sehingga penerapan Balanced Scorecard diharapkan dapat memacu kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan Balanced Scorecard, menganalisis hubungan sebab akibat dari keempat perspektif Balanced Scorecard, dan menyusun peta strategi perusahaan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. merupakan salah satu bank milik pemerintah Republik Indonesia, dengan kegiatan usaha yang berfokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini terlihat dari keanekaragaman produk-produk BRI yang sebagian besar ditujukan untuk melayani sektor UMKM, seperti Simpedes, BritAma, dan KUPEDES. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 BRI berada dalam tahap bertahan (sustain). Kinerja BRI berdasarkan perspektif keuangan adalah baik, dengan pencapaian CAR (18,82%), rasio NPL gross (4,81%), ROE (33,75%), LDR (72,53%), dan rasio GWM (12,34%) yang semuanya telah melampaui standar yang ditetapkan pemerintah dan standar internal BRI. Kinerja BRI dilihat dari perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan masing-masing dinilai cukup baik. BRI mampu menciptakan produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan nasabah, menciptakan hubungan yang baik dengan nasabahnya, dan menciptakan citra dan reputasi yang cukup baik. BRI telah melaksanakan inovasi secara berkesinambungan, kegiatan operasional yang efektif dan efisien, serta layanan purna jual yang cukup memuaskan. Selain itu BRI telah membangun sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas dan produktivitas tinggi, sistem informasi yang dapat diandalkan, dan iklim bekerja yang memberikan motivasi, mendorong keselarasan antara karyawan dengan perusahaan, serta mengutamakan kinerja tim yang baik. Dengan menggunakan keempat perspektif dalam Balanced Scorecard, kinerja BRI secara keseluruhan adalah cukup baik. Agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan serta tetap menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia, BRI harus dapat meningkatkan kinerja pada ketiga perspektif nonkeuangan (perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan). Pengukuran kinerja dengan menggunakan perspektif Balanced Scorecard perlu dilakukan secara berkelanjutan, disertai dengan dukungan dan komitmen dari seluruh lapisan karyawan dan manajemen yang terlibat agar visi dan misi BRI yang telah ditetapkan dapat tercapai. |