Baik disadari maupun tidak, persaingan diantara perusahaan - perusahaan selalu berkembang semakin ketat dan kompleks. Hal ini ditunjang dengan adanya strategi – strategi atau ide – ide baru dari masing - masing perusahaan, yang bertujuan untuk memenangkan atau setidaknya bertahan dalam persaingan tersebut. Hal ini pulalah yang membuat perusahaan harus melakukan pengambilan keputusan yang kritis, tepat, dan inovatif. Pengambilan keputusan (decision making) ini selalu menyangkut masalah yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian, dan selalu menyangkut pemilihan suatu alternatif tindakan di antara berbagai alternatif yang tersedia. Salah satu alternatif dalam pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh manajemen adalah membuat keputusan membuat sendiri atau mengerjakan sendiri seperti yang dibahas dalam skripsi ini. Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Jakarta Selatan, sebagai bagian dari PT PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali yang khusus menangani kegiatan operasional Gardu Induk (GI) wilayah Jakarta Selatan, mempunyai 2 alternatif dalam mengambilan keputusan terhadap suatu proyek pembongkaran dan pemasangan trafo dari GI Bonar ke GI Depok Baru, yaitu mengerjakan sendiri proyek tersebut (swakelola) atau menyerahkan proyek tersebut kepada pihak luar (sub kontrak ke pihak luar). Berdasarkan perhitungan yang dibuat oleh UPT, mereka memutuskan untuk melakukan swakelola. Perusahaan menggunakan analisis diferensial (differential analysis), yaitu sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbedaan – perbedaan dalam pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif tindakan. Namun perhitungan yang mereka buat dalam pengambilan keputusan tersebut tidak menggunakan konsep biaya relevan melainkan membandingkan jumlah keseluruhan biaya pengeluaran. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk mengusulkan penggunaan konsep biaya relevan terhadap pengambilan keputusan perusahaan. Adapun berdasarkan perhitungan yang dibuat oleh perusahaan, biaya yang dikeluarkan apabila membuat sendiri (swakelola) adalah sebesar Rp 171.114.810. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan apabila menyerahkan proyek tersebut kepada pihak lain (sub kontrak), yaitu Rp 177.460.000. Dengan demikian, apabila perusahaan memutuskan untuk swakelola maka akan menghasilkan penghematan biaya sebesar Rp 6.345.190. Dari perhitungan yang dibuat perusahaan, diketahui bahwa terdapat beberapa biaya yang seharusnya dikeluarkan dari perhitungan, karena tidak relevan terhadap pengambilan keputusan. Biaya – biaya tersebut adalah sebagai berikut (1) biaya perijinan jalan umum sebesar Rp 3.850.000, (2) asuransi all risk (0,2%) sebesar Rp 3.000.000, dan (3) jasa sewa crene sebesar Rp 5.610.000. Total biaya yang tidak relevan adalah Rp 12.460.000. Jumlah tersebut seharusnya tidak masuk di dalam perhitungan, sehingga total biaya relevan apabila melakukan swakelola adalah sebesar Rp 158.654.810. Jumlah ini tetap lebih rendah dibandingkan apabila menyerahkan proyek untuk dikerjakan pihak luar (sub kontrak), yaitu Rp 177.460.000. Dengan demikian, apabila perusahaan memutuskan untuk melakukan swakelola maka akan menghasilkan penghematan biaya sebesar Rp 18.805.190. Dari hasil analisa tersebut, terlihat bahwa penghematan yang dihasilkan dari perhitungan perusahaan, yaitu Rp 6.345.190, jauh lebih rendah dibandingkan jumlah yang dapat dihemat apabila menggunakan konsep biaya relevan, yaitu Rp 18.805.190. Oleh sebab itu perlu adanya pengkajian kembali terhadap perhitungan yang dibuat oleh perusahaan dengan cara menerapkan konsep biaya relevan dengan benar. |